2. Kitab Amsal menunjukkan?
3. Kitab Pengkhotbah menunjukkan?
Bantu jawab ya yg Kristen yg jawab semoga di berkati Tuhan
1. Apa saja sastra hikmat dalam Alkitab?
Jawaban:
1.Kitab-kitab hikmat dalam Alkitab
– Amsal
– Ayub
– Kebijaksanaan
– Kidung Agung
– Mazmur
– Pengkhotbah
2.Kitab Amsal (disingkat Amsal; akronim Ams.; bahasa Ibrani: סֵפֶר מִשְלֵי, translit. Sefer Misylei) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Kitab Amsal merupakan bagian dari kelompok kitab-kitab puisi pada Perjanjian Lama Alkitab, dan juga merupakan salah satu dari tiga kitab puisi dalam kelompok Ketuvim pada Tanakh. Dalam Septuaginta Yunani, kitab ini disebut "Βιβλίον Παροιμία" (Biblíon Paromíai), yang diterjemahkan menjadi "Liber Proverbiorum" dalam Vulgata Latin.
Pengarang dari kumpulan amsal-amsal disebutkan secara jelas dalam kitab ini, meskipun kebenaran dari keberadaan beberapa tokoh tersebut dan bukti atas kebenaran kepengarangan amsal-amsal dari tokoh-tokoh lainnya tidak dapat ditemukan.
3.Kitab Pengkhotbah (bahasa Inggris: Ecclesiastes) adalah bagian dari Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.
Lukisan raja Salomo sebagai Pengkhotbah, dari "Dore's illustrations for the Book of Proverbs".
Sang Pengkhotbah secara harafiah adalah seseorang yang berkhotbah kepada pertemuan ini. Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut Ecclesiastes yang berasal dari bahasa Yunani dalam kitab Septuaginta (LXX): Εκκλησιαστής. Kata ini berasal dari kata Yunani: Εκκλησία (Gereja/jemaat). Artinya sama saja, yaitu "seseorang yang berkhotbah pada sebuah pertemuan."
Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pemikir'. Ia merenungkan secara dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.
Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasihatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan.
Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.
Banyak orang yang telah membaca kitab ini merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-sifat mereka berdiri di dalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Tuhan, harapan yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya.[1]