5. Ruang lingkup kemukjizatan. Apa yang anda ketahui tentang Sharfah? Jelaskan!​

Posted on

5. Ruang lingkup kemukjizatan. Apa yang anda ketahui tentang Sharfah? Jelaskan!​

Penjelasan:

Al-Sharfah terambil dari kata  صرف(Sharafa) yang berarti ‘memalingkan’; dalam arti Allah Swt. memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-Qur’an, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia akan mampu. Dengan kata lain, kemukjizatan al-Qur’an lahir dari faktor ekternal, bukan dari al-Qura’an sendiri.

           Ada sebagian pemikir yang mengakui ketidakmampuan manusia menyusun semacam al-Qur’an. Menurut mereka, ini bukan disebabkan oleh keistimewaan al-Qur’an, tetapi lebih disebabkan adanya campur tangan Allah Swt. dalam menghalangi manusia membuat semacam al-Qur’an. Paham ini menamai mukjizat al-Qur’an dengan Mukjizat al-Sharfah.

Menurut pandangan orang yang menganut al-Sharfah, Cara Allah Swt. memalingkan manusia ada dua macam. Pertama, mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan Allah Swt. Kedua, menyatakan bahwa cara Allah Swt. memalingkan adalah dengan cara mencabut pengetahuan dan rasa kebahasaan yang mereka miliki dan yang diperlukan guna lahirnya satu susunan kalimat serupa al-Qur’an.

Alasan munculnya pendapat al-Sharfah adalah; pertama, masyarakat Arab mampu mengucapkan kata dan kalimat-kalimat semacam al-Qur`ân, seperti yang terjadi pada Umar bin al-Khaththâb yang mengusulkan kepada nabi untuk menjadikan Maqâm Ibrâhîm sebagai tempat shalat.Umar mengatakan;

لواتخذت من مقام ابراهيم مصلّى

Usul Umar ini diterima oleh al-Qur`ân dengan turunnya surat al-Baqarah ayat 125 yang antara lain menggunakan redaksi yang sepenuhnya hampir sama dengan redaksi Umar di atas.

Peristiwa lainnya adalah pada suatu ketika nabi Muẖammad mendiktekan kepada ‘Abd Allâh bin Abî Sarh agar menuliskan ayat-ayat surat al-Mu`minun, yang antara lain berbicara tentang proses kejadian manusia.Belum lagi nabi selesai membacakan keseluruhan ayat, ‘Abd Allâh berkata;

فتبارك الله احسن الخالقين

Mendengar kata ‘Abd Allâh tersebut nabi berkata;

اكتب ! فهكذا انزل

“Tulislah (yang engkau ucapkan)!, karena seperti itulah bunyi ayat yang diturunkan.”

Pada surat al-Mu`minun, kalimat tersebut terletak pada akhir ayat 14.

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Kedua, ketika terjadi upaya pengumpulan naskah-naskah al-Qur`ân pada masa pemerintahan khalifah Abû Bakar al-Shiddîq. Abû Bakar memerintahkan kepada Umar bin Kaththâb dan Zaid bin Tsâbit agar berdiri di pintu masjid dan tidak menerima naskah kecuali disertai oleh dua saksi. Penganut paham al-Sharfah berpendapat bahwa seandainya al-Qur`ân mu’jizat dari segi bahasanya, maka tentu kesaksian itu tidak diperlukan. Jika benar al-Qur`ân merupakan mu’jizat maka dengan mudah ia dibedakan dengan karya manusia.

Pendapat penganut al-Sharfah ini sejatinya memberikan simpulan bahwa al-Qur`ân tidak memiliki kelebihan dari dirinya sendiri, namun faktor dari luarlah yang menyebabkannya memiliki kelebihan tersebut.

Konsep shirfah yang dianggap para pakar ‘Ulûm al-Qur`ân sebagai pendapat yang terbilang berlebihan dan terkesan mengada-ada sehingga menuai banyak kritikan tersebut, ternyata menurut al-Bâqillânî masih berada pada taraf yang terbilang wajar. Menurutnya masih ada pendapat yang lebih ekstrim lagi dari pada pendapat tersebut. Pendapat yang dimaksud adalah pendapat yang mengatakan bahwa; siapapun dapat mendatangkan semisal al-Qur`ân, namun ketiadaan karya yang semisal al-Qur`ân adalah karena tidak adanya pengetahuan mereka tentang bentuk susunan al-Qur`ân, seandainya mereka memiliki pengetahuan tentang hal tersebut niscaya mereka dapat mendatangkan semisal al-Qur`ân. Selain pendapat tersebut, pendapat yang terbilang ekstrim lagi adalah pendapat yang mengatakan bahwa; sesungguhnya dalam bab kemu’jizatan ini, tidak ada perbedaan antara kalam manusia dan kalam Allah, sehingga keduanya bisa saling melemahkan satu dengan yang lainnya.