Apakah politik devide et impera? Tunjukan bukti bahwa voc telah menerapkan politik devide et impera

Posted on

Apakah politik devide et impera? Tunjukan bukti bahwa voc telah menerapkan politik devide et impera

Jawaban Terkonfirmasi

Kelas: XI
Mata pelajaran: Sejarah
Materi: Penjajahan Belanda
Kata kunci: Devide et impera

Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:

Jawaban pendek:

Politik devide et impera adalah politik pecah belah yang dilakukan VOC dengan memanfaatkan pertikaian antara kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk melebarkan pengaruh dan memperluas kekuasaan serta monopoli VOC.

Bukti bahwa VOC telah menerapkan politik devide et impera misalnya adalah penaklukan Makassar dari Sulatn Hasanudiin oleh VOC yang dibantu oleh Arung Palaka.

Jawaban panjang:

Devide et impera terhadap bangsa Indonesia berdampak perpecahan di bangsa Indonesia, dan takluknya bangsa Indonesia di bawah penjajahan Belanda, meskipun saat itu Belanda hanya memiliki sedikit pasukan di Indonesia.

Ketika Belanda pertama kali datang di Indonesia, jumlah mereka sangat kecil dan hanya mampu menguasai beberapa pos dagang dan benteng di Ambon dan kemudian Batavia (Jakarta).

Namun dengan politik pecah belah, Belanda berhasil menggunakan cara membantu satu pihak bertikai untuk mengalahkan pihak lain yang menentang Belanda dan meluaskan kekuasaanya.

Dengan politik ini, Belanda mampu mengalahkan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara dengan memanfaatkan perang saudara atau permusuhan antara kerajaan tersebut dengan saingannya.

Contoh devide et impera ini adalah:

– Pada Perang Makassar, Belanda berhasil menaklukan Kesultanan Gowa di Makassar pada tahun 1669, setelah mendapat bantuan dari raja Bone, Arung Palakka. Tentara Belanda saat itu sangat sedikit dan Makassar dilindungi benteng Bongaya yang kuat. Namun ketika Arung Palakka memihak Belanda, Makassar menghadapi kepungan serangan dua arah, dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Arung Palaka, sehingga akhirnya kalah.

– Belanda mendapatkan pesisir utara pulau Jawa setelah melakukan intervensi dan membantu sultan Amangkurat I dan Amangkurat II dari kesultana Mataram yang menghadapi pemberontakan Trunojoyo dan Pangeran Puger pada tahun 1674–1680

– Belanda berhasil melebarkan kekuasaanya di Banten setelah membantu Sultan Haji merebut kekuasaan dari ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1683.