bagaimana kemajuan seni bangunan dan kesusastraan majapahit pada saat pemerintahan hayam wuruk ? jelaskan kemajuan tersebut

Posted on

bagaimana kemajuan seni bangunan dan kesusastraan majapahit pada saat pemerintahan hayam wuruk ? jelaskan kemajuan tersebut


Hayam Wuruk, juga disebut
Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada
masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364),
Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya,Kalimantan, Sulawesi,
kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian
kepulauan Filipina[20]. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus
puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.Makam Putri Campa di Trowulan (foto diambil pada tahun 1870-1900)Namun
demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah
kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat
Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang
mungkin berupa monopoli oleh raja[21]. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan
bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[2][21]Selain
melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh
jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong
alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat
mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan
Sunda sebagai permaisurinya.[22] Pihak Sunda menganggap lamaran ini
sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta
keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri
untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal
ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah
Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara
Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani
memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya
dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat
dibinasakan secara kejam.[23] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang
kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk
membela kehormatan negaranya.[24] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama
dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan
juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung
dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam
Nagarakretagama.Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada
tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan
canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta
sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan
Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang
dari Sumatera ke Papua, mencakupSemenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi
lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda
mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh
kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timurdan Bali, di luar
daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti
berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi
segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah
itu dapat mengundang reaksi keras.[25]Pada tahun 1377,
beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan
serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]Meskipun
penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit
nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan
perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan
penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.