Ciri-ciri ihktiar Dan dalil nya

Posted on

Ciri-ciri ihktiar
Dan dalil nya

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa.

Dalam menjalankan kehidupan, Allah memerintahkan kita untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. Manusia terbaik adalah yang terus bergerak, memanfaatkan setiap potensi yang dia miliki untuk kehidupannya. Keseimbangan hidup di dunia dan akhirat haruslah diupayakan, sebagaimana yang sering kita dengar: “Berbuatlah untuk duniamu seolah kamu hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu, seolah kamu mati esok hari”.

Untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, kita perlu berusaha dan berupaya atau dengan kata lain, ber-ikhtiar, sebanyak yang kita mampu. Setelah semua ikhtiar kita lakukan, maka saatnyalah kita serahkan semua keputusan kepada Sang Penguasa Hidup, Allah SWT. Penyerahan diri ini disebut sebagai Tawakal.

Secara definitif, tawakal berarti penyandaran, penyerahan dan mempercayakan suatu perkara kepada pihak lain. Seorang muslim yang tawakal adalah yang menyerahkan, menyandarkan dan mempercayakan kepada Allah SWT atas segala yang sudah dilakukannya.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa tawakal erat kaitannya dengan usaha atau ikhtiar.

Tawakal tidak sama dengan pasrah. Tawakal adalah sebuah tindakan aktif, sementara pasrah adalah tindakan pasif. Pasrah adalah seperti daging yang teronggok di atas meja, siap diolah apa saja oleh pemiliknya. Tawakal sama sekali tidak seperti itu. Tawakal mensyaratkan adanya upaya kreatif dari pelakunya.

Dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang berbicara mengenai tawakal ini, setidaknya, ada 70 ayat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah QS. Ali ‘Imran/3 ayat 159, yang berbunyi:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

(Fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallahi innallaha yuhibbul mutawakkilin)

Artinya: Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tawakal dilakukan setelah kita berikhtiar melakukan yang terbaik sebanyak yang kita sanggup lakukan.

Sabar adalah kemampuan menunda kesenangan, dan menjalani yang ada dengan penuh ketekunan. Syukur adalah kemampuan menerima yang ada sebagai yang terbaik dari Allah, dan yakin bahwa Allah tidak mungkin salah dalam menempatkan hambanya.Ikhlas adalah kemampuan menjalankan yang ada tanpa perlu pujian dari manusia, murni mengharapkan ridha Allah.

Tawakal bukan perkara mudah, tidak hanya perbuatan bibir saja tetapi ini Amalan Hati. Ciri orang yang benar-benar bertawakal adalah :

1) Selalu ingat Allah (berdoa) sebelum dan sesudah berusaha/ihtiar

2) Meraih hasil dengan usaha yang benar dan jujur

3) Setuju dengan apapun hasil yang didapat (baca : bersyukur)

4) Selalu introspeksi (musabah), menjauh dari sikap menyalahkan orang lain atau bahkan berprasangka buruk kepada Allah sang penentu hasil.

Sobat, dibawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam bertawakal dengan sebenar-benarnya.

Pertama, Harapan Keyakinan itu HANYA pada Allah.

Mengantungkan harapan hanya kepada Allah semata, dengan mengikhlaskan/meluruskan niat amalan hanya kepada Dzat yang maha menepati harapan. Dan tempat dari point pertama ini berada di awal perbuatan, selama perbuatan, dan pada akhir segala perbuatan.

“The higher your expectation is, the more pain you’ll get“, semakin besar rasa pengharapanmu, maka akan semakin besar pula rasa sakit yang akan kau dapat. Dan jika kita menggantungkan pengharapan kepada mahluk yang bernama manusia, maka bersiap-siaplah untuk mengalami rasa kecewa, sebab manusia adalah tempatnya khilaf/salah.

اللَّهُالصَّمَدُ

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas: 2)