ONTOH cerita yang menunjukan perilaku iman kepada Qadha dan Qadar (Minimal 2 Paragraf) Please dijawab yang bener ini tugas mau dikumpulin segera

Posted on

ONTOH cerita yang menunjukan perilaku iman kepada Qadha dan Qadar (Minimal 2 Paragraf) Please dijawab yang bener ini tugas mau dikumpulin segera

Jawaban:

Cerpen Islami Tentang Iman kepada Qada dan Qadar: Nona yang Malas Berikhtiar

“Nona, kita belajar kursus menjahit, yuk. Kebetulan tetanggaku baru saja buka pelatihan gratis selama sebulan penuh. Kamu mau, kan?”

Belum terlampau lama melamun, pundak Nona langsung disambar oleh kepalan tangan Nina yang penuh energi.

Sontak saja dirinya merasa kesakitan dan sedikit kesal. Nina memang seorang gadis yang penuh semangat, tapi terkadang semangatnya terlalu menjulang.

“Hemm, enggak dulu deh. Toh aku juga nanti nikah, kemudian jadi ibu rumah tangga. Kerjaanku paling-paling cuma masak, nyetrika, dan setelah itu mengasuh anak,” jawab Nona seolah-olah tak peduli.

Entah mengapa Nona beberapa hari ini agak lesu. Padahal baru dua hari yang lalu kita belajar materi iman kepada Qada dan Qadar.

Rasanya Nona juga masih ingat betul dengan segenap takdir yang bisa diubah menurut usaha manusia.

Ilustrasi Nona yang Malas Berikhtiar

Ilustrasi Nona yang Malas Berikhtiar. Gambar oleh Nasik Lababan dari Pixabay

Memang sih, takdir itu adalah kehendak, ketetapan dan kuasa Allah, tapi khusus untuk Qadar Allah tetap bergantung kepada ikhtiar manusia, kan? Hemm. Lagi-lagi aku menggerutu dalam hati.

“Lha, kenapa begitu, Non? Iya sih, benar. Mungkin dalam 3-5 tahun lagi kita bakal menikah jika rezeki kita yang berupa jodoh telah tiba. Tapi, masa iya kita hanya berpasrah diri menunggu hantaran dari Mas-mas ganteng?”

“Duh, Mas-mas ganteng mah idaman aku banget, Nin. Apa lagi kalau dia ganteng, kaya, pengertian, perhatian, pekerja keras. Duh, bakal ngebahagiain banget dah rasanya.”

“Hiks. Noh, kamu jadi malaikat aja kalo gitu,” pungkas Nina seraya memotong angan-angan ketinggian si Nona.

Biar bagaimanapun, Nona adalah sahabat baiknya. Sejak SD, Nina dan Nona sudah sering bersama-sama.

Boleh Baca: Cerpen Sahabat Till Jannah

Mulai dari belajar bersama, bermain bersama, menghadapi kesulitan bersama, hingga berjualan mencari tambahan uang jajan bersama.

Namun, kali ini, seiring dengan bertambahnya umur, Nona mulai menata pola pikir yang agak bersebrangan dengan perintah Allah sebagaimana yang tertuang dalam QS Ar-Ra’d ayat 11.

Dalam ayat tersebut, sebagai manusia kita diperintahkan untuk berikhtiar mengubah nasib. Nasib yang dimaksud di sini ialah takdir mualaq alias Qada Allah yang juga diperankan oleh manusia.

Nina mulai resah, bila nanti Nona hanya menunggu datangnya takdir, ia akan menjadi orang yang malas, suka menunda-nunda pekerjaan, dan yang paling buruk; ia mudah putus asa.

“Nona, ayo ikut aku. Kita coba lihat-lihat ruangan pelatihan menjahitnya. Siapa tahu nanti kamu jadi tertarik untuk berpartisipasi,” ajak Nina

“Hemm. Males ah. Kamu aja deh yang pergi. Aku mau santai saja di sini sambil bikin feed instagram,” ucap Nona menolak

“Udah, ayo ikut aja.”

Nina pun memaksa Nona untuk menemaninya berkunjung ke tempat kursus jahit. Bukan apa-apa, kalau Nona terus-terusan main gawai, sama saja dia sedang menyia-nyiakan waktu untuk kegiatan yang tak bermanfaat.

Toh, di tempat kursus juga pasti banyak pemandangan. Minimal Nina dan Nona bisa melihat gamis-gamis yang elegan, jas, hingga batik khas daerah.

“Aduh, pedihnya kakiku!”

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Nona terjatuh karena tersandung oleh batu. Nona pun tersungkur ke semak-semak dan kakinya terkena duri tumbuhan putri malu.

“Nah, kan. Apa aku bilang. Kamu sih, kerjaannya main IG terus. Masa jalan selebar ini, kamu masih bisa tersandung oleh batu kecil itu,” ucap Nina seraya menegur Nona

“Iya, Nin. Maaf deh. Aku minta maaf. Tolong bantuin aku dong untuk mencabut duri-duri di kaki. Perih banget nih!”

“Males. Biarin saja sono!”

“Lho, kamu kok gitu sih Nin?”

“Lha, kamu kena duri itu kan bagian dari Qada dan Qadar Allah. Toh nanti juga kamu bakal sakit, dan bisa meninggal malahan.”

“Ya, gak gitu juga dong, Nin. Kita kan harus ikhtiar agar kakiku tidak terkena infeksi. Kalau dibiarkan, bisa-bisa kakiku busuk lho. Ayolah, Nin, bagaimana ini nasib kakiku?” ucap Nona sembari minta tolong

“Nah, giliran sudah sakit saja kamu ngerti bahwa kita itu butuh ikhtiar terhadap Qadar Allah. Tapi giliran aku ngajakin kamu untuk berusaha mengasah keterampilan menjahit, eh, kamu tolak mentah-mentah!” jawab Nina sembari pura-pura kesal

“Iya deh, iya. Aku mengaku salah. Aku bakal ikut kursus menjahit kok,”

“Beneran, emangnya kamu ikhlas,”

“Ikhlas SEHTI!”

“Lho, apa itu, Non?”

“Aku ikhlas Sepenuh hati, Nin.”

“Ya udah. Sini aku bantu.”

Melihat tingkah Nona yang mulai sadar atas sikapnya yang kurang serius dalam berikhtiar, Nina pun dengan semangat menolongnya.

Satu demi satu duri putri malu tercabut, dan setelah semua duri terlepas mereka pun langsung bergegas menuju tempat pelatihan jahit.

Tidak tanggung-tanggung, Nina dan Nona pun langsung mengisi formulir pendaftaran pelatihan. Keduanya saling berjanji untuk mengusahakan yang terbaik di masa-masa pelatihan nanti.

*Tamat*

Penjelasan:

maaf kalo kepanjangan