Kisah tentang al musta’im
Jawaban:
Al-Musta'shim Billah bergelar Abu Ahmad dan bernama lengkap Abdullah bin al-Mustanshir Billah. Beliau lahir pada tahun 1213 dan meninggal pada 20 Februari 1258. Al-Musta'shim adalah khalifah terakhir Bani Abbasiyah, berkuasa dari 1242 hingga 1258. Beliau syahid setelah dieksekusi Hulagu Khan dengan cara diinjak-injak kuda pasukan Mongol atau Tartar.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Senin, 22 November 2021 – 05:15 WIB oleh Miftah H. Yusufpati dengan judul "Kisah Al-Musta'shim Billah, Khalifah yang Syahid Diinjak-injak Kuda Pasukan Mongol". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://kalam.sindonews.com/read/606001/786/kisah-al-mustashim-billah-khalifah-yang-syahid-diinjak-injak-kuda-pasukan-mongol-1637503866
Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
– Android: https://sin.do/u/android
– iOS: https://sin.do/u/ios
Penjelasan:
Jawaban:
Khalifah Al-Musta'in (862-866 M) dilahirkan pada 221 H. Ibunya seorang mantan budak bernama Mukhariq. Al-Musta'in memiliki wajah putih, namun mukanya banyak terdapat bekas cacar. Demikian dituturkan Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa'.
Nama lengkapnya adalah Al-Musta'in Billah, Abu Al-Abbas Ahmad bin Al-Mu'tashim bin Ar-Rasyid yang merupakan saudara Al-Mutawakkil. Al-Musta'in dibaiat menjadi khalifah keduabelas Bani Abbasiyah oleh para komandan pasukan perang setelah meninggalnya Al-Muntashir. Mereka berkata, "Jika kalian hendak menobatkan salah seorang anak Al-Mutawakkil, maka tidak ada lagi yang tersisi dari mereka. Tidak ada lagi keturunan Al-Mutawakkil kecuali Ahmad bin Al-Mu'tashim, salah seorang guru kita."
Al-Musta'in dikenal sebagai orang yang berperangai baik, memiliki sifat-sifat yang utama, sangat fasih berbicara, memiliki wawasan dan pandangan yang cukup luas, baik budi pekertinya, dan dekat dengan rakyat. Al-Musta'in merupakan penggagas pakaian lengan lebar yang luasnya sampai tiga jengkal. Ia adalah khalifah yang pertama kali mengecilkan topi yang sebelumnya berukuran panjang.
Ketika dibaiat menjadi khalifah, usianya baru 28 tahun. Masa-masa emas kekuasaannya hanya berlangsung awal-awal 251 H. Al-Musta'in kemudian membunuh Wazir Washif dan Panglima Begha. Keduanya merupakan pemuka Turki yang sangat berpengaruh saat itu. Begitu juga dengan Baghir yang merupakan pembunuhan Al-Mutawakkil, berhasil diasingkan.
Begitu Washif dan Begha terbunuh, orang-orang Turki sangat marah, sehingga Al-Musta'in memindahkan pusat pemerintahannya dari Samarra ke Baghdad. Orang-orang Turki menyatakan ketundukannya asalkan Al-Musta'in mau kembali ke Samarra. Khalifah Al-Musta'in menolak tawaran tersebut, sehingga orang-orang Turki berniat untuk memenjarakan dan membunuhnya.
Orang-orang Turki mengatur skenario dengan cara mengangkat Al-Mu'taz sebagai khalifah dengan maksud mengadu domba antara dia dan Al-Musta'in. Al-Mu'taz menyiapkan pasukan melawan Al-Musta'in dan rencana ini mendapat dukungan dari penduduk Baghdad.
Pertempuran pun terjadi antara pasukan Al-Musta'in dengan Al-Mu'taz. Pertempuran yang berlangsung selama beberapa bulan itu menghabiskan banyak korban nyawa dan harta di kedua belah pihak. Harga-harga barang melonjak naik, perekonomian pun terpuruk. Sehingga di mana-mana timbul gerakan protes rakyat menuntut pengunduran diri Al-Musta'in.
Mayat-mayat yang bergelimpangan dan tidak segera dikuburkan, menimbulkan wabah penyakit yang menulari para penduduk sekitarnya. Akibatnya, karena lemahnya dukungan dari rakyat dan disertai dengan peperangan yang terus-menerus melawan Al-Mu'taz, kekuasaan Al-Musta'in sedikit demi sedikit melemah.
Mengetahui kekuasaan Al-Musta'in kian lemah, orang-orang Turki menggunakan strategi baru dengan cara berdamai. Mereka mengutus Ismail, salah seorang hakim yang saat itu ditemani beberapa tokoh masyarakat. Ismail dan kawan-kawannya menetapkan syarat-syarat pengunduran diri Al-Musta'in. Akhirnya, berkat desakan mereka, Al-Musta'in mengundurkan diri pada 252 H. Al-Musta'in dipenjarakan di Wasith, kemudian dikembalikan ke Samarra.
Khalifah Al-Mu'taz yang kurang puas dengan pengunduran diri Al-Musta'in, bermaksud membunuhnya dengan mengutus Ahmad bin Thulun. Namun Ahmad bin Thulun menolak. "Demi Allah, saya sama sekali takkan pernah membunuh salah seorang anak khalifah," ujarnya.
Akhirnya diutuslah Sa'id bin Al-Hajib sehingga Al-Musta'in terbunuh pada bulan Syawwal tahun itu juga.
daulah abbasiyah
sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler
Senin , 05 Sep 2022, 00:32 WIB – sepakbola
Livescore Liga Inggris: Menang di Old Trafford, MU Akhiri Rekor 100 Persen Arsenal
Senin , 05 Sep 2022, 06:45 WIB – nasional
Erick Thohir Bantu Keluarga Farel Prayoga, Ibunda: Terima Kasih Pak Erick Thohir
Senin , 05 Sep 2022, 05:17 WIB – nasional
Kasus KM 50: Memori Kasasi tak Segera Dikirim ke MA, Jaksa Dipindah ke Maluku Utara
Senin , 05 Sep 2022, 10:15 WIB – sepakbola
Sudah 100 Hari Melatih MU, Ten Hag Kini Berani Nyatakan Ini Soal Sir Alex Ferguson
Senin , 05 Sep 2022, 09:13 WIB – nasional
Ansor: Harga Baru BBM Bentuk Keadilan Subsidi untuk Rakyat
Senin , 05 Sep 2022, 08:46 WIB – sepakbola
Timnya Dibuat Pusing oleh MU di Old Trafford, Pelatih Arsenal Ungkapkan Rasa Frustrasi
Senin , 05 Sep 2022, 08:20 WIB – sepakbola
AS Roma Dibantai tanpa Ampun oleh Udinese, Mourinho Keluarkan Jurus Berkilah
Senin , 05 Sep 2022, 12:46 WIB – sepakbola
Bahagia Lihat MU Jungkalkan Arsenal, Ronaldo Kirim Pesan Ini untuk Suporter
Senin , 05 Sep 2022, 13:30 WIB – sepakbola
Scholes Sanjung Ten Hag yang Rela Keluar Pakem demi Kemenangan MU
Senin , 05 Sep 2022, 10:59 WIB – nasional
Majelis PPP Tunjuk Mardiono Sebagai Plt Ketum PPP Gantikan Suharso Monoarfa