Bahasa pangkurnya ginulang sadino dino
Kearifan lokal etnik Jawa yang berupa piwulang (ajaran) budi pekerti luhur antara lain terdapat dalam tembang macapat. Kearifan lokal tersebut berkembang dikalangan masyarakat melalui tradisi lisan yang berupa kebiasaan melantunkan tembang macapat baik secara perorangan maupun kolektif. Tembang macapat adalah tembang tradisional masyarakat Jawa. Kalau dilihat dari kerata basa (Akronim), macapat berarti macane papat-papat karena cara membacanya yaitu setiap empat wanda (suku kata) berhenti. Salah satu pakar tembang mengatakan bahwa tembang bisa dipakai sebagai sarana membangun kehalusan budi dan cita rasa keindahan. Karena itu, jika didalam larik-larik tembang itu disisipkan ajaran-ajaran luhur, maka dengan mudah dapat diingat dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan melantunkan tembang otomatis masyarakat juga menjadi hafal akan ajaran-ajaran yang terselip di dalamnya. Kearifan lokal etnik Jawa tersebut antara lain terdapat dalam serat Wulangreh pupuh Pangkur karya Pakubuwana IV yang terdiri dari 17 pada (bait). Pesan penulis tersebut berupa piwulang (ajaran) tentang tatakrama, perbuatan yang baik dan tidak baik, serta jenis watak manusia di dunia ini. Berikut isi dari tembang Pangkur dalam serat Wulangreh serta