Kak tolong di bantu​

Posted on

Kak tolong di bantu​

Kak tolong di bantu​

Jawaban:

Jawaban:

1. Sujud Syukur adalah Sujud yang dilakukan karena mensyukuri nikmat Allah disebabkan telah dikaruniai nikmat (keberhasilan) atau telah terlepas dari bahaya (musibah), Baik kenikmatan atau musibah yang bersifat individu atau yang bersifat umum (menimpa umat Islam).

2. Ada tiga sebab kita dianjurkan melakukan sujud syukur. Pertama, kita mendapatkan nikmat tak terduga dari Allah, atau saudara dan kerabat kita yang mendapatkan nikmat dari-Nya. Kedua, kita terhindar dari bahaya dan musibah yang hendak menimpa kita. Ketiga, kita melihat bahwa diri kita bisa terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat dan pada saat bersamaan kita melihat banyak orang yang melakukan dosa dan maksiat tersebut.

3. cara melakukan sujud syukur sesuai syariat :

  • Berwudhu.
  • Berdiri menghadap arah kiblat.
  • Membaca niat sujud syukur, "Nawaitu sujudas syukri Lillahi Ta'aalla," artinya,"Saya niat sujud syukur karena Allah Ta'aalla"
  • Melakukan gerakan takbiratul ihram.
  • Melakukan gerakan sujud syukur satu kali.
  • Membaca doa sujud syukur dalam posisi sujud.
  • Duduk seperti di antara dua sujud.

4. hikmah sujud syukur :

1. Orang yang mendapatkan nikmat dan kelebihan kalau tidak berhati-hati dapat lupa diri sehingga menjadi angkuh atau sombong.

2. Orang yang melakukan sujud syukur akan terhindar dari sifat sombong atau angkuh tersebut.

3. Memperoleh kepuasan batin berkaitan dengan anugerah yang diterima dari Allah Swt

4. Merasa dekat dengan Allah sehingga memperoleh bimbingan dan hidayah-Nya

5.Memperoleh tambahan nikmat dari Allah Swt dan selamat dari siksa-Nya

5. Sujud tilawah adalah gerakan sujud yang dilakukan saat membaca ayat-ayat sajadah di dalam al-qur’an.

6. Perbedaan sujud syukur dan tilawah adalah terletak pada alasan pelaksanaannya. Sujud tilawah dilaksanakan karena membaca ataupun mendengar ayat-ayat sajdah. Sujud syukur dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur, misalnya karena mendapat berkah, keinginan terkabul dan lain sebagainya.

7. وَللَّهِ يَسْجُدُ مَن فِى السَّمَاوَاتِ وَالاَْرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُم بِالْغُدُوِّ وَالاَْصَالِ

Artinya : “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari” (Ar-rad : 15)

8. سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Artinya : ”Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta.”

9. Puasa/shiyam menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.

Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT.

10. Sebagaimana keterangan Alquran dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 183, puasa yang diwajibkan kepada umat Islam, sebenarnya juga pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya

Sejarawan Muslim Ibnu Katsir meyakini bahwa ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Menurut dia, Adam berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun.

Ada pula yang mengatakan, Adam berpuasa pada 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah. Sementara yang lain berpendapat, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu dia diturunkan dari taman surga oleh Allah.

Ada juga yang mengatakan Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam berpuasa dalam rangka mendoakan putra-putrinya.

Selain itu, ada yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya tobat Adam oleh Allah.

''Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumat, diturunkan di bumi pada hari Jumat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumat dan wafat pun pada hari Jumat.'' (HR Bukhari).

Walaupun dalam Alquran maupun hadis tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Adam dan generasi sesudahnya, tetapi ada petunjuk-petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para rasul terdahulu itu adalah agama monotheisme yang mengajarkan kepercayaan pada keesaan Tuhan (Allah).

Contohnya adalah Nabi Nuh yang berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun, seperti puasanya Nabi Adam.

Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Allah dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terkatung-katung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar, seraya bertobat kepada Allah.