Tuliskan cerpen bertemakan kerukunan hidup dalam keberagaman agama, etnis, & budaya

Posted on

Harus singkat, kalau bisa kurang dari 1 lembar kertas hvs
Yg jadi penilaian bahasa , keunikan, ide cerita

Cepetan jawabnya ya… Mau hari ini di kasihnya…

Tuliskan cerpen bertemakan kerukunan hidup dalam keberagaman agama, etnis, & budaya

Cerpen: Budaya Nusantara

Berdiriku mematung di depan panggung. Dengan jeli mataku mengamati setiap sisi panggung itu dan menjatuhkan pandanganku ke secarik kertas di tanganku. “lombanya satu hari lagi” kataku pelan sambil mencermati nomor urut peserta untuk tampil di Pagelaran Seni Tari Nusantara. Kebetulan tahun ini, kotaku menjadi tuan rumah acara besar itu. Sebuah kesenangan yang berlipat karena ternyata aku dan Farah terpilih menjadi peserta yang mewakili tari adat Jawa Tengah.

“Naily, kita nomor undian berapa?” tanya Farah sambil menepuk bahuku dari belakang. Lamunan kebanggaanku terbuyar seketika dibuatnya.

“Enam” jawabku singkat. Mendapat undian nomor awal berarti butuh kesiapan yang lebih matang. Aku dan Farah menatap penuh arti pada panggung pagelaran itu sebelum akhirnya kembali ke tempat latihan menemui Bu Endang, pemilik sanggar tempat kami belajar tari.

“istirahatlah, besok kalian tampil awal kan” kata Bu Endang dengan nada keibuannya yang natural. Aku dan Farah yang berniat meminta untuk latihan penuh hari ini akhirnya menurut. Menurut meski sebenarnya aku tidak yakin aku bisa istirahat dengan tenang. Aku terlalu bersemangat untuk menampilkan tari Serimpi di depan penonton se-Nusantara besok di panggung besar itu.

Dengan langkah pasti kujalankan kakiku menuju kamar nomor 106, sebuah kamar kecil yang kusinggahi selama pagelaran ini berlangsung. Langkahku berhenti sejenak saat melewati beberapa kelompok yang sedang sibuk latihan tari daerah mereka masing-masing. Rasa bangga bertahap menarik kedua sudut bibirku membentuk senyuman. Inilah yang baru kusebut sebagai wujud nasionalisme. Generasi bangsa yang dengan suka cita menghidupkan keragaman budaya daerah lengkap dengan peragaan nyatanya.

“hai” seseorang di sana terdengar menyapaku saat aku hendak melanjutkan langkah. Kepalaku menoleh begitu saja dan kudapati anak perempuan sebayaku berjalan menghampiriku. “peserta juga? Kenalkan aku Ajeng dari Aceh” katanya ramah tanpa basa-basi sambil menyalamiku. “Naily dari Jawa Tengah” jawabku tidak kalah singkat. Aku masih terpukau dengan gerakan tari Ajeng dan teman-temannya yang sempat kulihat tadi. Perbincangan kecil kami pun berkembang menjadi perbincangan yang menarik. Karena logat yang berbeda, berbicara dengan orang dari daerah lain mungkin akan sangat susah tanpa bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Lagi-lagi malam ini aku bersyukur atas kenyataan yang baru saja aku buktikan ini. Sampai detik-detik menjelang tidur pun aku masih tidak sabar menunggu hari esok.

“waahh” Farah setengah berteriak setelah pemandangan di sekitar panggung berhasil membuatnya terkejut. Banyak peserta dari berbagai daerah menyiapkan diri tampil dengan seragam tari dan riasan masing-masing. Pagelaran baru saja dimulai dan ternyata Tari Saman dari Aceh yang mendapat giliran pertama.

“ah itu Ajeng” ucapku dengan nada girang. Gerakan sigapnya berhasil memukau peserta-peserta dari daerah lain. Hal yang membuatku termotivasi untuk memberikan penampilan terbaik pula. Kemudian Tari Lenso dari Maluku dan tari-tari berikutnya yang lain  juga mampu menghipnotis peserta-peserta lain dengan gerakan tariannya. Akhirnya sambil menunggu giliran tampil, aku dan Farah mencoba beberapa bagian dari tari Serimpi untuk saling memantapkan.

Peserta nomor undian lima selesai. Tiba giliran aku dan Farah menunjukkan kebolehan kami. Bu Endang mengangkat dua ibu jarinya saat Aku dan Farah mulai menaiki panggung. Begitu alunan musik pengiring Tari Serimpi itu dimulai, aku dan Farah dengan yakin menggerakkan langkah kaki dan mengayunkan tangan seirama dengan nada. Panggung ini menjadi saksi bisu yang merekam betapa bangganya aku dengan budaya khas daerah sendiri dan betapa bangganya dapat mengenalkannya sebagai bagian dari budaya tari Nusantara.