Unsur intrinsik novel jejak hujan

Posted on

Unsur intrinsik novel jejak hujan

"Jejak Hujan" bercerita tentang Firman, seorang mahasiswa sastra sekaligus jurnalis, dan Heny, seorang penyiar radio sekaligus pemain teater dan mahasiswi biologi. Pertemuan pertama mereka dibarengi kekesalan Firman karena Heny tidak menepati janjinya. Seharusnya gadis itu datang untuk Firman wawancarai, tapi Heny tidak muncul dan Firman tidak bisa menyelesaikan artikelnya.

Pertemuan mereka selanjutnya membawa keduanya dalam dunia masing-masing. Dunia tempat masa lalu mencengkeram kehidupan mereka dengan begitu kuat.

Jujur saya harus bilang kalau membaca sepuluh halaman pertama buku ini sudah membuat saya ingin meletakkannya kembali. Pengin DNF aja rasanya, tapi akhirnya saya berusaha untuk baca hingga akhir dan sayangnya saya tetap kurang suka.

Galau para tokoh utamanya, yang seharusnya membuat pembaca terenyuh, justru membuat jengkel. Rasanya semua kegalauannya dipanjang-panjangkan dengan gaya, "Oh, diriku yang malang.".

Buat saya, mungkin ini masalah teknik penceritaan. Banyak bagian dalam ceritanya, yang seharusnya menunjukkan alasan kenapa tokoh-tokohnya pada galau, justru diceritakan secara kering dalam gaya berita. Emosinya dijelaskan dengan gaya ini terjadi setelah itu, lalu selanjutnya begini dan begitu. Saya bacanya cuma sambil bilang, "Oh…", tapi sama sekali tidak terasa di hati. Padahal konflik-konfliknya potensial untuk mengaduk emosi.

Lalu, ada kesalahan teknis yang lumayan terasa. Ceritanya mengambil latar April 1993, tapi saat siaran, Heny bicara tentang film "Message in The Bottle", sebuah film yang diangkat dari novel karya Nicholas Sparks dan dibintangi oleh aktor favoritnya, Kevin Kostner (hal. 16). Oke, pertama: judulnya itu "Message in a Bottle". Kedua nama aktornya itu Kevin Costner. Ketiga, dan yang paling fatal, filmnya itu baru rilis tahun 1999. Bagaimana caranya si Heny sudah menonton film yang baru tayang enam tahun kemudian? Apa dia punya kemampuan melompati ruang waktu?

Secara keseluruhan, saya kurang suka novel ini. Baik cerita, karakter, maupun gaya berceritanya tidak begitu melekat di hati. Mungkin bisa coba dibaca kalau kamu mencari buku tentang cinta masa lalu yang terus membekas.