Contoh soal cerita hikayat

Posted on

Contoh soal cerita hikayat

Maka, sahut perdana menteri, hai nakoda kapal! Apa gunanya tuan hamba membawa kain yang baik-baik ini kepada hamba? Karena sebab berdakwa ini tuan hamba mengupah hamba. Tiadalah hamba mau mengambil dia. Bawalah kembali dahulu. Maka, hendak pun kami, maka ia menghukum atas seorang tiada dengan pembawaannya itu jadi menang dia berhukum; melainkan apakala barang siapa yang benar itu kami benarkan dan kami serta dia. Jikalau anak kami sesekalipun apabila salah, kami salahkan juga. Janganlah nakoda sangka lagi yang demikian itu. Maka katanya kepada perempuan itu. “Tatkala dahulu istri siapa engkau ini.” Maka, sahut perempuan itu, “Ya, Tuan Hakim! Bahwasanya hamba istri nakoda, hamba tiada tahu bersuami tiga atau dijamah orang lain daripada nakoda ini.”       Maka kata orang muda itu, “Hai perempuan yang bid’ah celaka yang menduakan suami! Maka tatkala engkau peristri, bukankah engkau sudah mati? Beberapa kali keluargamu untuk menanamkan tiada aku izinkan. Aku pinta hanyutkan ke laut dan aku bersama-sama. Daripada kasihku akan engkau maka setengah umurku bahagiakan akan dikau. Maka dengan kurnia Allah engkau dikembalikan hidup dalam dunia.”(Hikayat Bayan Budiman)
1. Karakteristik Melayu Klasik yang terdapat pada kutipan tersebut adalah ….
A. istanasentris, dewa-dewa
B. istanasentris, kesaktian
C. kesaktian, kemustahilan
D. kemustahilan, struktur bahasa
E. kemustahilan, dewa-dewi
"Berapa hari lagi kita bertemu dengan tanah benua Keling?" Makna kata mualim, "Hai panglima kami, sehari semalam lagi berlayar, maka kita bertemu dengan sebuah pulau. Tiga hari tiga malam lagi, maka sampailah ke jajahan benua Keling. Daripada jajahan itu tujuh malam, maka sampailah ke kuala benua Keling." Maka Laksamana pun berdiam dirilah. Maka antara sehari semalam, maka kelihatanlah suatu rupa, seperti gajah kelihatan dari jauh. Maka Laksamana pun bertanya, "Hai mualim, pulau apa namanya itu?"
Maka kata mualim itu, "Hai panglima kami, itulah pulau yang bernama Biram Dewa  itu. Adapun di pulau itu tiada pernah orang singgah."
Oleh: C. Hooykaas, 1952, him. 161, Penyedar Sastera
2. Nilai kepahlawanan dalam penggalan hikayat di atas adalah ……..
A . Seorang laksamana yang gagah perkasa dan suka mengarungi lautan untuk mencari
nafkah.
B . Seorang laksamana yang tangkas yang tidak takut berlayar untuk kepentingan
negaranya.
C . Seorang laksamana yang sabar berlayar dari pulau ke pulau untuk kepentingan
dirinya.
D . Seorang laksamana yang sanggup berlayar dari hari ke hari untuk mencari pulau
yang terasing.
E . Seorang laksamana yang berani berlayar untuk mencari nafkah keluarganya.

Maka, sahut perdana menteri, hai nakoda kapal! Apa gunanya tuan hamba membawa kain yang baik-baik ini kepada hamba? Karena sebab berdakwa ini tuan hamba mengupah hamba. Tiadalah hamba mau mengambil dia. Bawalah kembali dahulu. Maka, hendak pun kami, maka ia menghukum atas seorang tiada dengan pembawaannya itu jadi menang dia berhukum; melainkan apakala barang siapa yang benar itu kami benarkan dan kami serta dia. Jikalau anak kami sesekalipun apabila salah, kami salahkan juga. Janganlah nakoda sangka lagi yang demikian itu. Maka katanya kepada perempuan itu. “Tatkala dahulu istri siapa engkau ini.” Maka, sahut perempuan itu, “Ya, Tuan Hakim! Bahwasanya hamba istri nakoda, hamba tiada tahu bersuami tiga atau dijamah orang lain daripada nakoda ini.” Maka kata orang muda itu, “Hai perempuan yang bid’ah celaka yang menduakan suami! Maka tatkala engkau peristri, bukankah engkau sudah mati? Beberapa kali keluargamu untuk menanamkan tiada aku izinkan. Aku pinta hanyutkan ke laut dan aku bersama-sama. Daripada kasihku akan engkau maka setengah umurku bahagiakan akan dikau. Maka dengan kurnia Allah engkau dikembalikan hidup dalam dunia.”(Hikayat Bayan Budiman)3.  Inti cerita Melayu Klasik tersebut adalah ….
A.  Seorang perempuan menggoda perdana menteri.
B.  Perdana menteri yang tidak mau disuap.
C.  Perdana menteri marah kepada nakhoda kapal.
D.  Hakim akan berlaku adil kepada semua orang.
E.  Seorang suami sangat setia kepada istrinya.

4.  Karakteristik Melayu Klasik yang terdapat pada kutipan tersebut adalah ….
A.  istanasentris, dewa-dewa
B.  istanasentris, kesaktian
C.  kesaktian, kemustahilan
D.  kemustahilan, struktur bahasa
E.  kemustahilan, dewa-dewi

5. Nilai moral yang terdapat pada kutipan Melayu Klasik tersebut adalah ….
A. Kesetiaan seorang istri kepada perintah suami.
B. Perlakuan adil seorang perdana menteri.
C. Perempuan yang baik yang tidak pernah berbohong.
D. Hakim selalu tunduk kepada tradisi kerajaan.
E. Nah koda kapal yang digoda oleh perempuan nakal.

HIKAYAT 1001 MALAM
Pada suatu hari, tinggallah seorang Raja dengan permaisurinya di sebuah Istana megah. Sang Raja sangat kecewa terhadap istrinya yang selingkuh. Ia pun menaruh dendam yang sangat dalam terhadap permaisurinya, bahkan terhadap semua wanita. Setiap wanita dianggapnya tidak berbudi. Permaisuri dibunuhhnya untuk melampiaskan dendamnya itu. Setiap wanita yang mati, dibunuh olehnya. Setelah hampir habis wanita terbunuh oleh Raja yang kejam itu, sampailah giliran anak mentrinya. Sang mentri sangat sedih, karena bila ia tidak dapat mencarikan wanita untuk Raja, berarti ia akan dibunuh dan bila ia memberikan anak wanitanya, berarti anak wanitanya akan dibunuh. Melihat ayahnya yang sedih, putrinya yang bernama Syahrazat mengusulkan supaya dia saja yang di serahkan pada Raja dan biarlah ayahnya menjalankan tugas seperti biasa. Karena desakan putrinya itu, maka dengan berat hati mentri itu menyerahkan anaknya kepada Raja. Setelah putri Syahrazat dinikahi Raja menjelang subuh, segeralah Raja mengeluarkan keris mautnya untuk menghabisi nyawa Syahrazat. Dengan sopan dan tabah, Syahrazat memohon kepada Raja, agar sebelum ia dibunuh, ia diperbolehkan menyampaikan sebuah cerita. Permintaanya untuk bercerita dikabulkan oleh Raja. Lalu Syahrazat pun bercerita dengan sungguh-sungguh, sehingga menjelang pagi cerita itu belum selesai dan Raja mengusulkan supaya cerita itu dilanjutkan malam berikutnya. Di dalam cerita yang disampaikan oleh putri Syahrazat terdapat cerita lagi. Cerita itu sangat menarik, sehingga Raja selalu mengusulkan supaya cerita itu dilanjutkan malam berikutnya. Demikianlah malam demi malam keadaan itu berlangsung selama 1001 malam. Cerita yang disampaikan itu berisi hal yang ajaib dan perbandingan suatu hal. Lama kelamaan Raja itu sadar atas kesalahannya yang menganggap bahwa semua wanita itu tidak baik. Selama 1001 malam itu , lahirlah anak Raja atas perkawinanya dengan putri Syahrazat. Raja sangat sayang kepada putranya dan kemudian mumutuskan akan menjadikan putri Syahrazat sebagai permaisurinya. Kemudian mereka hidup dengan bahagia.