Interaksi keruangan dataran rendah,tinggi,bukit,gunung
_PELAJARAN GEOGRAFI_ ~ KONSEP-KONSEP GEOGRAFI
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa di permukaan bumi terdapat
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alam. Pandangan
tersebut, garis besarnya sebagai berikut:
1. Kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam.
2. Manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia
mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih
kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinankemungkinan.
Kedua pandangan tersebut sampai sekarang masih banyak penganutnya,
satu sama lain saling mempertahankan. Pendapat pertama (Fisis Determinis)
mempertahankan pengaruhnya terhadap kritikan-kritikan dari pendapat kedua
(Possibilis). Pendapat pertama menyatakan bahwa faktor-faktor geografik
atau alam sering memainkan peranan yang dinamik dalam perkembangan
kebudayaan manusia, berarti alam tidak memainkan peranan yang pasif. Pendapat
kedua (Possibilisme) menyatakan bahwa hampir semua praktik kebudayaan
6
yang spesifik tidak dengan logis dikembalikan langsung pada alam sebagai
habitat geografis semata-mata, melainkan manusia yang memegang peranan
dalam menentukan budayanya (aktif).
Berdasarkan pernyataan paham fisis determinis maupun paham possibilis,
yang terus menerus saling mempengaruhi pemikiran manusia dan saling melakukan
kritikan, maka secara sederhana dapat diambil jalan tengah, yaitu melalui
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa jauh kebudayaan suatu wilayah atau suatu bangsa ditentukan
oleh alam dan lingkungannya?
2. Berapa jauh bahwa lingkungan alam dapat diubah oleh kegiatan manusia?
Selain itu, dalam kenyataan sehari-hari banyak kita temukan berbagai
kenampakan dan gejala di muka bumi yang tanpa disadari membawa kita
untuk merenung dan berpikir. Misalnya, mengapa permukaan bumi ini tidak
rata, melainkan ada bagian yang tinggi seperti dataran tinggi, bukit, gunung
atau pegunungan serta ada pula bagian-bagian yang rendah seperti lembah,
palung, atau ngarai, sehingga terdapat berbagai kawasan muka bumi yang
berbeda karakteristiknya? Bagaimana fenomena alam ini dapat terjadi? Mengapa
suhu udara di wilayah pantai sangat panas, sedangkan di pegunungan dingin?
Mengapa daerah A memiliki curah hujan tinggi, sehingga berbagai jenis tetumbuhan
tumbuh subur, sedangkan daerah B sangat gersang? Apa yang menyebabkan
daerah dataran rendah sangat cocok ditanami kelapa atau padi sawah, sedangkan
di dataran tinggi cocok untuk sayur-mayur?
Disadari atau tidak, pada hakikatnya pertanyaan-pertanyaan tersebut
telah menuntun kita ke arah pemahaman konsep-konsep geografi. Dalam
mengkaji gejala atau peristiwa dalam ruang, geografi selalu mempergunakan
konsep lokasi, hubungan timbal balik, gerakan, dan perwilayahan.
Agar dapat memahami geografi, diperlukan konsep-konsep dasar mengenai
geografi itu sendiri, artinya memahami pengertian istilah-istilah yang umum
digunakan oleh geografi sebagai disiplin ilmu. Konsep ini merupakan suatu
hal yang abstrak berkenaan dengan gejala nyata tentang geografi untuk
mengungkapkan beberapa gejala, faktor atau masalah, sehingga setiap kata
mengandung arti tersendiri.
Pemahaman geografi dimulai dari hal yang konkret secara bertahap akan
menuju kepada hal yang abstrak. Misalnya, dalam memahami atmosfera dan
mempelajari cuaca, tentu saja harus mengenal unsur-unsur cuaca, yaitu salah
satunya adalah hujan. Sebelum terjadinya hujan tentu terjadi pemanasan oleh
sinar matahari yang menimbulkan penguapan, kemudian membentuk awan,
tentu saja awan apabila berkondensasi maka akan menimbulkan hujan. Hujan
yang diturunkan di suatu tempat dapat dipengaruhi angin. Dengan demikian,
angin berperan dalam menjatuhkan hujan. Apabila hal ini terus menerus berlangsung