Naskah drama kekalahan jepang sampai detik-detik proklamasi?

Posted on

Naskah drama kekalahan jepang sampai detik-detik proklamasi?

Jawaban Terkonfirmasi


SCENE I


           

Sutan Syahrir  : Apakah kalian sudah mendengar berita tentang
kekalahan Jepang?


Sukarni            : Belum, Bung. Benarkah itu? Apa
yang terjadi dengan Jepang?


Sutan Syahrir  : Dari yang kudengar, Sekutu telah menjatuhkan
bom di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan
genjatan senjata.


Chaerul Saleh  : Kalau begitu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi
di negeri kita. Kita harus memfaatkan momen ini!






SCENE II


           
Setelah mendengar berita kekalahan
Jepang, Chaerul Saleh segera merencanakan pertemuan dengan anggota golongan
muda lainnya untuk membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan
di Jl. Cikini No. 71 Jakarta pukul 20.00 WIB


Chaerul Saleh  : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian
mendengar berita tentang kekalahan Jepang?


Wikana            : Belum, kawan. Darimana engkau tahu
tentang itu?


Chaerul Saleh  : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan
Syahrir, ia mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang
genjatan senjata itu.


Darwis             : Berarti negeri kita sekarang
dalam kondisi Vacumm of  Power?


Chaerul Saleh :
Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan
masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk memproklamirkan
kemerdekaan.


Sukarni            : Tepat sekali. Kalau begitu, kita
harus membagi tugas. Saya, Wikana, dan Chaerul Saleh akan pergi ke kediaman Ir.
Soekarno untuk menyampaikan kabar ini. Sedangkan untuk Bung Darwis akan
memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari jepang.














SCENE III


           
Chaerul Saleh  : Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita
kobarkan revolusi!


Sukarni            : Kita harus segera merebut kekuasaan!
Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!


Wikana            : Betul, kita harus memproklamasikan
kemerdekaan ini!


            Mendengar kata-kata ancaman seperti
itu, Ir. Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata :


Ir. Soekarno    : Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok
itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!


Moh. Hatta      : Jepang adalah masa silam. Kita sekarang
harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di
negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan,
dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasika
kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri?
Mengapa meminta Ir. Soekarno untuk melakukan hal itu?


Chaerul Saleh  : Apakah kita harus menunggu hingga
kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri
telah meyerah dan takluk dalam “Perang Sucinya”!. Mengapa bukan kita yang
menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?



Ir. Soekarno    : Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup
untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa
yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan
itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan
anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan?
Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan,
bagaimana kita akan tegak diatas kekuatan sendiri.



Wikana            : Tapi semakin cepat kita memproklamsikan
kemerdekaan ini akan semakin cepat pula kita akan terbebas dari semua belenggu
yang menyiksa ini.



Moh. Hatta      : Baiklah, tapi kita perlu waktu untuk
beruding sebentar




SCENE IV

           

Moh. Hatta      : Bagaimana ini? Para pemuda menuntut
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.



Ir. Soekarno    : Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita
butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi
sesuatu yang diinginkan.


Ahmad Soebardjo
: Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu
yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah
kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang.


Iwa
Kusumasumantri : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda? Apa kita abaikan
saja?


Djojo Pranoto  : Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran
mereka terlalu pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan
matang. Kalau tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?


Iwa
Kusumasumantri : Baiklah, Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.






Jawaban Terkonfirmasi

SCENE I       
Berita Kekalahan Jepang
   (Sutan Syahrir masuk panggung sambil menempelkan radio ke telinga)
Sutan Syahrir   : Teman teman ada berita penting dari saluran BBC,  Jepang menyerah kepada sekutu!
Wikana              : Benarkah?
Sutan Syahrir    : Ya, sekutu  telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki.
Chairul Shaleh   : Inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan kita!
SS dan Wikana  : Setuju!

SCENE II
     
Tanggal 15 Agustus 1945,
Di Jalan Pegangsaan Timur No.17, Jakarta,
Berkumpulah para pemuda,
Dan juga beberapa golongan tua,
Antara lain Ir.Sukarno dan Drs. Moh Hatta,
Untuk membicarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Chairul Shaleh       : Sekarang Bung, sekarang! Kita proklamirkan kemerdekaan!
Sukarni                  : Kita harus segera merebut kekuasaan!
CS dan Sukarni    : Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!
Soekarno            : Mengapa sekarang? Kekuatan kita belum cukup untuk melawan kekuatan Jepang!
Chairul   Shaleh  : Ini saat yang tepat, Bung. Jepang sudah kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di negeri ini.
Sukarni       : Benar Bung! Ini saat yang tepat!
Soekarno       : Baiklah! Beri saya waktu untuk berunding dengan yang lainnya.
Ir.Sukarno akhirnya,
Dengan beberapa tokoh golongan tua lainnya,
Salah satunya drs. Mohammad Hatta,
Dan juga Soebardja,
Melakukan perundingan,
Untuk menghasilkan kesepakatan.
 
 
Tetapi,
Hasil perundingan golongan tua,
Membuat golongan muda,
Merasa kecewa,
Dan melakukan rencana rahasia,
Untuk mengasingkan Soekarno dan Mohammad Hatta,
Ke Rengasdengklok, kota kecil jauh dari jalan raya,
Agar mereka,
Tidak terpengaruh oleh Jepang di Jakarta.
Dengan tujuan, keduanya,
Membuat  Indonesia cepat merdeka,

SCENE III
        

Chairul Shaleh : Assalamualaikum ..
Moh. Hatta     : Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini ?
Darwis            : Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat pengasingan.
Soekarno        : Tempat pengasingan ? Apa yang Saudara maksudkan ?
Chairul Shaleh   : Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar terhindar dari ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.
Moh. Hatta         : Baiklah, kami akan ikut.
Darwis               : Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin keselamatan mereka.
Soekarno           : Baiklah.

SCENE IV
   Mr. Soebardjo  : Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta ?
Wikana              : Maaf, saya tidak tahu, Bung.
Mr. Soebardj   : Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku
akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku akan
menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.
Sudiro              : Akankah Anda bersumpah untuk itu ?
Mr. Soebardjo  : Kau bisa percaya padaku, Nak
Wikana              : Baiklah, mereka ada di Rengasdengklok.
Akhirnya,
Salah satu pemuda bernama Yusuf Kunto,
Mengantarkan Mr. Ahmad Subardjo,
Beserta sekertaris pribadinya, Sudiro,
Menjemput Bung Hatta dan Bung Karno,
Di kota Rengasdengklok.
Sementara itu,
Perdebatan berlangsung seru,
Rengasdengklok menjadi saksi bisu,
Perundingan antara pemuda,
Dan golongan tua,
Untuk memproklamirkan segera,
Kemerdekaan Negara tercinta.

SCENE  V
   Soekarno       : Nah , jelaskan sekarang mengapa  kalian membawa kami kesini.
Chairul Shaleh   : Maafkan kelancangan kami, Bung . Ini demi keselamatan Anda.
Darwis            : Kami ingin membicarakan masalah proklamasi kembali.
Moh. Hatta  : kami sudah  katakan kepada kalian, masalah kemerdekaan akan dibicarakan dalam sidang PPKI
Darwis : Mengapa menunggu hasil sidang PPKI, kalau kita bisa bergerak dengan kekuatan sendiri ?
Sukarni  :PPKI itu bentukan Jepang, Bung. Kami ingin memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan dari Jepang.
Darwis         : Kita pasti bisa, Bung!
Di Rengasdengklok selesailah perundingan,
Akan kembali ke Jakarta semua golongan,
Dengan satu kesepakatan,
Tanggal 17 Agustus akan diproklamirkan kemerdekaan,
Di bulan suci,bulan ramadhan.
 
 
Di rumah Laksamana Tadashi Maeda seorang perwira tinggi,
Dirumuskan teks proklamasi,
Disaksikan tiga pemuda Sudiro, BM Diah dan Sukarni,
Sukarno, Moh.Hatta dan Ahmad Subardjo merumuskan dengan sepenuh hati,
Naskah diketik,
Oleh Sayuti Melik,
Dan bendera merah putih,
Di jahit oleh ibu Fatmawati,
Saatnya nanti,
Setelah pembacaan teks proklamasi,
Diambil oleh Suhud dari baki,
Dikibarkan oleh Latief, seorang prajurit laki laki,
Dan lagu Indonesia raya mengiringi.