Hukum bersentuhan dengan istri jika berwudhu
Jawaban:
Hukumnya tidak sah / kita akan batal wudhu jika bersentuhan dgn
Jawaban:
Para ulama fikih dari mazhab Syafi’i memandang bahwa bersentuhan kulit secara langsung antara laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya dapat membatalkan wudu. Jika sentuhan itu tidak dihalangi oleh apapun seperti kain, kertas, dan lain sebagainya. Sentuhan tersebut baik dengan syahwat ataupun tidak. Sengaja atau tidak.
Istri bukanlah mahram bagi suaminya. Maka menurut mazhab Syafi’i bersentuhan kulit antara suami istri membatalkan wudu.
Penjelasan:
Dalam kitab Raudhah at-Thalibin tentang hal-hal yang membatalkan wudu, Imam Nawawi menjelaskan:
الناقض الثالث: لمس بشرة امرأة مشتهاة، فإن لمس شعرا، أو سنا، أو ظفرا، أو بشرة صغيرة لم تبلغ حد الشهوة، لم ينتقض وضوءه، على الأصح. وإن لمس محرما بنسب، أو رضاع، أو مصاهرة، لم ينتقض على الأظهر.وإن لمس ميتة، أو عجوزا لا تشتهى، أو عضوا أشل، أو زائدا، أو لمس بغير شهوة، أو عن غير قصد، انتقض على الصحيح في جميع ذلك، وينتقض وضوء الملموس على الأظهر
“Pembatal (wudu) yang ketiga adalah menyentuh wanita musytahah. Jika ia menyentuh rambut, gigi, atau kuku wanita, atau menyentuh anak kecil yang tidak mengundang syahwat maka wudunya tidak batal. Menurut pendapat yang sahih dalam mazhab ini (Syafi’i). Begitu juga menyentuh mahram, baik mahram karena nasab, sepersusuan atau mushaharah, maka wudunya tidak batal. Adapun jika ia menyentuh wanita yang sudah meninggal atau wanita tua yang sudah tidak mengundang syahwat, atau anggota tubuh wanita yang cacat atau yang organ tambahan, atau ia sentuhan tanpa syahwat dan tidak disengaja maka wudunya batal menurut pendapat yang sahih dalam mazhab ini, begitu juga batalnya wudu orang yang disentuh.”