Tulisen kesimpulan cerita Bale Sigala-gala​

Posted on

Tulisen kesimpulan cerita Bale Sigala-gala​

Jawaban:

Bahwa kebenaran akan selalu menang. Sedangkan kelicikan dan kejahatan tak akan pernah meraih kejayaan dan kemenangan.

Penjelasan:

Bale Sigala-gala

Sengkuni punya akal yang licik. Pandawa diundang untuk menghadiri pesta serah-serahan kekuasaan Amarta. Tempat penyerahan tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, yaitu pada sebuah bangunan besar yang dibuat dari kayu papan. Tempat itulah yang dinamakan dengan Bale Sigala-gala.

Upacara serah terima kekuasaan yang semestinya segera dilaksanakan tersebut, ditunda-tunda, diulur waktunya hingga tengah malam. Para tamu undangan dimanjakan dengan beraneka makanan dan minuman yang sungguh lezatnya. Para Pandawa yang hadir, juga mendapat jamuan bahkan lebih istimewa dibandingkan para tamu lainnya. Jika Pandawa menolak untuk makan dan minum, Sengkuni terus memaksa agar Pandawa mau untuk menikmati hidangan tersebut. Akan tetapi, sebenarnya semua itu hanyalah tipu daya Sengkuni. Makanan dan minuman yang dihidangkan kepada Pandawa tersebut telah dijampi-jampi agar Pandawa mudah terserang kantuk.

Ketika tengah malam, para Pandawa terserang kantuk yang hebat, dan mereka sudah tak bisa menahan rasa kantuknya. Yudhistira, Harjuna, Nakila dan Sadewa, sudah tertidur pulas di tengah Bale Sigala-gala. Hanya Bima yang masih terjaga. Walaupun berbadan tinggi besar, akan tetapi Bima terbiasa hanya makan sedikit saja. Oleh sebab itulah, Bima tak mudah terserang rasa kantuk. Bima tetap diam dan tenang menunggui saudara-saudaranya serta ibunya yang sudah tertidur nyenyak.

Kurawa mengira kalau Pandawa sudah tertidur semuanya, seperti orang mati. Maka, Kurawa kemudian melancarkan aksinya untuk melenyapkan Pandawa. Dibakarlah Bale Sigala-gala. Jika Bale Sigala-gala terbakar, tentu saja Pandawa akan tewas terpanggang menjadi arang.

Tidak berapa lama kemudian, Bale Sigala-gala pun memerah, terbakar. Api menjalar dan berkobar hebat. Para Kurawa pada bersorak, berteriak bahwa Bale Sigala-gala telah terbakar. Akan tetapi tak ada satu pun yang beranjak memberikan pertolongan kepada Pandawa. Padahal di dalam Bale Sigala-gala, masih ada Pandawa, Dewi Kunti ibu Pandawa, dan enam orang pengemis yang turut serta karena diajak oleh Harjuna. Harjuna mengajak mereka karena merasa kasihan dan ingin mengajak mereka serta di dalam pesta.

Api berkobar semakin hebat. Tidak ada cara untuk bisa keluar dari Bale Sigala-gala. Tapi takdir kematian memang belum saatnya tiba. Di dalam Bale Sigala-gala itu, tiba-tiba saja ada sebuah goa yang menuju bawah tanah. Dengan cekatan Bima menggendong ibunya, kakaknya, serta adik-adiknya. Ibu dan saudaranya itu kemudian dibawa masuk ke dalam goa bawah tanah itu. Goa itu sejatinya telah dipersiapkan oleh Yamawidura, sebab Yamawidura sudah menduga bahwa Kurawa akan berbuat licik.

Di dalam goa itu, Bima dituntun oleh seekor musang putih yang menunjukkan arah jalan keluar. Musang putih itu sebenarnya adalah jelmaan dari Sang Hyang Antaboga. Pandawa dituntun menyusuri goa hingga sampai di Kayangan Sapta Pratala.

Keesokan harinya, Kurawa bergembira karena pada bekas terjadinya kebakaran Bale Sigala-gala, mereka menemukan arang yang menyerupai bangkai manusia. Arang tersebut berjumlah enam. Maka, arang berbentuk serupa manusia itu mereka kira adalah Pandawa lima dan Dewi Kunti, Ibu Pandawa, yang mereka kira semuanya sudah tewas.

Namun, perkiraan Kurawa itu tak pernah terbukti. Karena nyatanya Pandawa masih segar bugar berada di Kayangan Sapta Pratala. Pandawa senantiasa mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari Tuhan YME karena mereka selalu berpegang kepada kebenaran.