Jelaskan 3 macam keracunan makanan berdasarkan faktor penyebabnya​

Posted on

Jelaskan 3 macam keracunan makanan berdasarkan faktor penyebabnya​

Penyebab Keracunan Makanan

Keracunan makanan terjadi karena organisme kontaminan masuk ke dalam makanan. Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium Botulinum, dan Escherichia Coli (E.Coli) merupakan organisme yang sering menyebabkan keracunan makanan.

Salmonella, bakteri ini didapatkan dari telur mentah atau telur setengah matang, dapat pula ditemukan pada daging, unggas dan sayur yang tidak dimasak yang telah terkontaminasi sebelumnya. Butuh waktu 6-72 jam untuk bakteri ini hingga menimbulkan keluhan.

E. Coli, bakteri ini biasanya ditemukan pada daging cincang mentah atau produk susu yang tidak dipasteurisasi. Dibutuhkan 3-8 hari hingga bakteri ini dapat menimbulkan diare berdarah disertai kram perut dan muntah.

Campylobacter, bakteri ini ditemukan pada produk daging dan susu yang tidak dimasak dengan baik dan air yang terkontaminasi sebelumnya. Dibutuhkan 2-5 hari untuk bakteri ini menimbulkan keluhan berupa diare disertai mual, muntah dan nyeri kepala.

Listeria, ditemukan pada makanan siap santap yang didinginkan seperti sosis, dan produk olahan susu seperti keju atau yoghurt. Bakteri ini memiliki masa inkubasi yang lama yaitu 3-21 hari untuk dapat menimbulkan keluhan. Keluhan yang ditimbulkan oleh bakteri ini berupa demam, nyeri otot, mual, muntah, diare, hingga leher kaku dan linglung.

Clostridium botulinum, biasa ditemukan pada makanan kaleng yang telah kadaluarsa atau yang memiliki tingkat keasaman rendah. Dalam 12-36 jam toksin dari bakteri ini dapat menimbulkan keluhan neurologi pada pengidapnya berupa lelah, lesu, vertigo, pandangan kabur, hingga kesulitan menelan dan bicara.

 

Faktor Risiko Keracunan Makanan

Faktor risiko biasanya bergantung pada organisme apa yang mengkontaminasi makanan, jumlah yang dimakan, umur dan status kesehatan saat ini. Ada beberapa kelompok yang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi keracunan makanan, yaitu:

Orang tua, dengan bertambahnya umur, sistem imun akan semakin menurun dalam fungsi dan jumlahnya, sehingga orang yang semakin tua akan memiliki respon imunitas yang lebih rendah terhadap makanan yang terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk terjadi keracunan makanan

Wanita hamil, perubahan metabolisme selama hamil akan meningkatkan risiko terhadap keracunan makanan. Reaksi tubuh terhadap organisme kontaminan juga dapat lebih parah dari biasanya.

Bayi dan anak-anak, pada masa anak anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang layaknya orang dewasa, sehingga respon terhadap pajanan organisme kontaminan dalam makanan juga semakin rendah.

Penyakit kronik dan kondisi khusus, memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit liver dapat menurunkan respon kekebalan tubuh kita terhadap pajanan organisme kontaminan, begitu juga pada orang dengan kondisi khusus, yaitu orang yang sedang menjalani kemoterapi.

 

Diagnosis Keracunan Makanan

Keracunan makanan dapat didiagnosis berdasarkan riwayat makan sebelumnya, gejala dan tanda yang muncul pada pasien. Dokter juga menilai tanda-tanda dehidrasi yang dapat muncul setelah pasien mengalami keracunan makanan. Pemeriksaan darah rutin, feses rutin, parasit feses, serta kultur bakteri feses dilakukan untuk mengkonfirmasi penyebab keracunan makanan.

 

Pencegahan Keracunan Makanan

Kontaminasi makanan dapat terjadi di segala titik pembuatan makanan, mulai dari proses pengambilan bahan baku, pemasakan, hingga pengedaran makanan. Kontaminasi ini terjadi di segala tempat, mulai dari kantin, katering, hingga di rumah sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari keracunan makanan, yaitu:

Mencuci tangan, alat makan dan alat memasak, mencuci dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat menghindarkan kita dari bakteri kontaminan makanan.

Memasak pada suhu yang tepat, hampir sebagian besar organisme kontaminan dapat mati pada pemanasan dengan suhu yang tepat. Sebagai contoh, memasak daging merah minimal pada suhu 71OC dan daging unggas pada suhu diatas 74OC untuk dapat mematikan bakteri.

Menyimpan bahan makanan dengan tepat, menyimpan bahan makanan harus dilakukan pada suhu yang tepat, karena beberapa bakteri dapat berkembang biak meskipun pada suhu lemari pendingin, sehingga dibutuhkan suhu yang lebih rendah untuk menghentikan aktivitas bakteri. Penyimpanan bahan makanan sesuai letaknya juga dapat menghindarkan dari kontaminasi silang, contoh, buah dan sayur pada box buah, daging, makanan siap saji, dan ikan pada freezer.

Membuang makanan yang meragukan, perubahan warna, bau dan bentuk merupakan salah satu tanda bahwa bahan makanan sudah tidak layak digunakan. Jika terdapat salah satu bahan yang diragukan kualitasnya, penting bagi kita untuk lebih baik membuang makanan tersebut daripada menggunakannya.