Dakwah fatahillah periode padjajaran dan banten?
Mata pelajaran: IPS Sejarah
Kelas: XI SMA
Kategori: Kerajaan-Kerajaan Besar Indonesia pada Masa Kekuasaan
Hindu-Buddha dan Islam
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.2
Kata kunci: Dakwah
fatahillah periode Padjajaran dan Banten
Jawaban:
Cara dakwah Fatahillah
yakni melewati banyak peperangan untuk meng-Islam kan warga Banten dan Cirebon
di bawah kepemimpinan kerajaan Padjajaran.
Pembahasan:
Fatahillah atau disebut dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan
Gunung Jati merupakan cucu dari Raja Padjajaran yaitu Prabu Siliwangi. Sunan Gunung Jati memiliki
tugas untuk menyebar luaskan agama Islam di daerah Jawa Barat khususnya daerah
Cirebon. Begitu besar pengaruh sang Sunan terhadap kehidupan masyarakat Cirebon
khsusunya dalam hal agama dan ke-Tuhan-an. Salah satu tokoh walisongo ini
dijuluki Panetep Panatagama ing Tanah Jawi atau sebuah gelar yang dinobatkan
untuk beliau sebagai Tumenggung oleh Pangeran Cakrabuana.
Cara dakwah Sunan Gunung Jati berliku-liku
karena harus melewati banyak peperangan demi meng-Islam kan warga Banten
dan Cirebon di bawah kepemimpinan kerajaan Padjajaran. Dari silsilah Sunan
Gunung Jati, beliau merupakan anak dari Lara Santang. Lara Santang sendiri
merupakan anak dari Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang. Ketika sang Ibu
(Nyai Lara Santang) pergi memperdalam ilmu Agama Islam di Gunung Ngamperan
Jati, oleh sang guru Nyai Lara Santang diutus untuk berhaji. Di Mekah inilah
Nyai Lara Santang bertemu dengan Maulan Sultan Mahmud (Syarif Abdullah),
seorang bangsawan Arab dari Bani Hasyim. Dari pernikahannya ini lahirlah Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Cara dakwah Sunan Gunung Jati dimulai
ketika kepulangannya dari Arab Saudi ke Pulau Jawa, dan menemui pamannya Raden
Walasungsang atau Cakrabuana. Nah, cara dakwah Sunan Gunung Jati ini pun
terbilang unik karena beliau harus memainkan peran ganda. Dimana ia sebagai
ulama dengan gelar waliyullah serta mendapat gelar Sayidin Panatagama atau
dalam tradisi Jawa dianggap sebagai wakil Tuhan di Dunia (khalifah), juga
memerankan tokoh seorang raja.
Sunan Gunung Jati menggantikan Raden
Walasungsang yang meninggal untuk memimpin kesultanan di Cirebon, hingga beliau
berhasil melepaskan Cirebon dari pengaruh kerajaan Padjajaran. Akhirnya beliau
menggantikan pamannya itu untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Setelah masyarakat
Cirebon masuk menjadi Islam , cara dakwah Sunan Gunung Jati yang unik ini pun
dilakukan juga sampai ke daerah Majalengka, Kuningan, Kawali, Sunda Kelapa, dan
Banten.
Hingga tahun 1525, Sunan Gunung Jati berhasil
menjadikan Banten sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Sunan Gunung
Jati kembali ke Cirebon, untuk menyerahkan Kesultanan Banten kepada anaknya,
Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian melahirkan raja-raja Banten. Kemudian
perjuangan cara dakwah Sunan Gunung Jati berlanjut melalui anak-anaknya yang
menjadi Raja Banten. Raja-raja ini berhasil mengalahkan kerajaan Pajajaran
hingga seluruh rakyat di Islam kan.
Syarif Hidayatullah melakukan
penyerangan terhadap Sunda Kelapa yang kala itu dipimpin oleh Fatahillah,
seorang Panglima Angkatan Perang Kerajaan Demak. Jalan dakwah yang ditempuh
oleh Sunan Gunung Jati
ini terbilang cukup lama karena beliau tidak memaksakan kehendak, juga tidak
melakukan kekerasan. Beliau murni menyebarkan ajaran Islam dengan menjadi
ulama, serta menjadi Raja yang menumpas ketamakan.
Saat memimpin sebagai Raja,
Sunan Gunung Jati memberlakukan pajak yang jumlah, jenis, dan besarnya
disederhanakan sehingga tidak memberatkan rakyat yang baru terlepas dari
kekuasaan Kerajaan Sunan Galuh Pakuan Padjajaran. Ia juga mempelopori untuk
pembangunan Masjid Agung “Sang Ciptarasa” dan masjid jami’ di wilayah bawahan
Cirebon. Sosok pemimpin seperti Sunan Gunung Jati inilah yang selama ini ditunggu warga
Cirebon kala itu. Hingga akhirnya Sunan Gunung Jati pun wafat dalam usia 120
tahun (1568 M). Bersama sang ibu, ia dimakamkan di daerah Gunung Jati.