Peranan umat islam indonesia pada masa pra kemerdekaan di bidang sosial, politik, ekonomi. dan pendidikan?
Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama
Setelah kaum kolonial berhasil menguasai
kerajaan-kerajaan di Indonesia, namun umat Islam bersama para ulamanya tidak
berhenti melawan penjajahan. Munculah era Gerakan Sosial merata di seluruh
pelosok tanah air. Ulama sebagai Elite Agama Islam memimpin umat melawan
penindasan kedloliman penjajah. Sejak dari Aceh muncul perlawanan rakyat
dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di Sumatera Barat
muncul Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol; Perlawanan KH.Hasan dari Luwu;
Gerakan R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi; Gerakan 3 Haji di Dena Lombok;
Gerakan H. Aling Kuning di Sambiliung Kal-Tim; Gerakan Muning di Banjarmasin;
Gerakan Rifa’iyah di Pekalongan; Gerakan KH. Wasit dari Cilegon; Perlawanan KH.
Jenal Ngarib dari Kudus; Perlawanan KH. Ahmad Darwis dari Kedu; Perlawanan Kyai
Dermojoyo dari Nganjuk; dan juga perlawanan P. Dipanegara, masih banyak lagi.
Dari perlawanan itu, sesungguhnya pihak
Belanda sudah goyah kekuasaaanya, sebagai bukti tiga perlawanan : Rakyat Aceh,
Sumatera Barat, dan Java Oorlog (Dipanegara) telah mengorbankan : 8000 tentara
Belanda mati dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Oleh karena itu, mereka
kemudian mencari jalan lain, yaitu mengubah politik kolonialnya dengan
pendekatan “ Welfere Politiek” (Politik Kemakmuran) untuk menarik simpati
rakyat jajahan. Namun, pada kenyataannya politik itu dijalankan dengan perang
kebudayaan dan idiologi, terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat
Islam Indonesia yang dianggapnya musuh utama pemerintah kolonial.
3.
Pergerakan
Nasional di Indonesia
Sebelum
memesuki era Pergerakan Nasional, pihak kolonial mencoba politik kemakmuran dan
balasbudi. Munculah Politik Etische oleh Van Deventer; Politik Assosiasi oleh
Ch.Snouck Hurgronje; dan Politik De Islamisasi (Dutch Islamic Polecy) oleh Christiaan
Snouck Hurgronje. Kelihatannya politik itu humanis untuk kesejahteraan rakyat,
namun karena landasannya tetap kolonialisme, maka jadinya tetap eksploitatif
dan menindas rakyat. Khusus politik De Islamisasai sangat merugikan umat Islam,
karena :
Memecah umat Islam jadi dua
dikotomi Abangan dan PutihanMembenturkan Ulama dengan
Pemuka AdatMemperbanyak sekolah untuk
memdidik anak-anak umat Islam agar terpisah dari kepercayaan pada agama
Islamnya.Menindas segenap gerakan
politik yang berdasar IslamMembikin masjid dan
memberangkatkan haji gratis untuk meredam gerakan Islam.( Snouck
Hurgronje, Islam in de Nederlansch
Indie )
Akibat dari politik kolonial di
atas, maka perjuangan melawan kolonial
menjadi terpecah. Menurut Thesis Endang Syaifuddin Anshari,MA. perjuangan di Indonesia
terpecah jadi dua kelompok besar yaitu: Nasionalis Islami dan Nasionalis
Sekuler. Kondisi inilah sampai sekarang masih tampak dalam dinamika
perpolitikan kita.