Sarikan riwayat hidup dan pemikiran A.A.Navis berdasarkan biografi tersebut
Ali Akbar Navis atau AA Navis adalah seorang sastrawan
dan budayawan terkemuka di Indonesia. Karyanya yang paling fenomenal
adalah cerita pendek 'Robohnya Surau Kami' yang ia tulis pada 1955.
Navis dijuluki sebagai Sang Pencemooh karena tulisannya yang mengandung
kritik ceplas-ceplos dan apa adanya.
Kegiatan tulis menulis
telah Navis jalani sejak 1950. Namun hasil karyanya baru mendapat
perhatian lima tahun setelah itu. Kumpulan cerpen yang berjudul Robohnya
Surau Kami merupakan salah satu karya fenomenalnya yang pertama
kali diterbitkan di media cetak tahun 1955. Robohnya Surau Kami juga
terpilih menjadi salah satu cerpen terbaik majalah sastra Kisah. Cerpen
tersebut menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim
justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang
itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin. Dalam hal
ini Navis menegaskan bahwa yang roboh itu bukan dalam pengertian fisik,
tapi tata nilai, seperti yang terjadi sekarang di negeri ini.
Sepanjang hidupnya, kakek dari 13 orang cucu ini telah melahirkan
ratusan karya, mulai dari cerpen, novel, puisi, cerita anak-anak,
sandiwara radio, esai mengenai masalah sosial budaya, hingga penulisan
otobiografi dan biografi.
Pandangan pria berdarah Minang ini
mengenai karya sastra yang baik itu adalah keawetan sebuah karya yang
dihasilkan. Ia tidak ingin karyanya hanya seperti kereta api,
yang mungkin saja bagus akan tetapi hanya sekali lewat dan
ada dimana-mana. Ia sendiri mengaku menulis dengan satu visi, yaitu
dengan niat bukan untuk mencari ketenaran. Dalam konteks kesusastraan,
Navis juga mengemukakan sebuah pandangan bahwa kurikulum pendidikan
nasional di Indonesia, mulai dari SD sampai perguruan tinggi, hanya
diajarkan untuk menerima, tidak diajarkan untuk mengemukakan pemikiran.
Oleh karena itu, terjadi pembodohan terhadap generasi akibat tingkah
polah kekuasaan. Menurutnya, dengan memfungsikan pelajaran sastra dalam
kurikulum pendidikan nasional, dapat membangkitkan sikap kritis
seseorang dan memahami konsep-konsep tentang kehidupan.
Sastrawan besar ini menghembuskan napasnya yang terakhir pada 22 Maret
2003. Ia telah lama mengidap komplikasi jantung, asma dan diabetes.
PENDIDIKAN
INS Kayutanam (1932-1943)
PENGHARGAAN
Karya Terkenal:
Robohnya Surau Kami (1955)Bianglala (1963)Hujan Panas (1964)Kemarau (1967)Saraswati, si Gadis dalam Sunyi (1970)Dermaga dengan Empat Sekoci (1975)Di Lintasan Mendung (1983)Alam Terkembang Jadi Guru (1984)Hujan Panas dan Kabut Musim (1990)Jodoh (1998)Penghargaan:
Hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1988)Lencana Kebudayaan dari Universitas Andalas Padang (1989)Lencana Jasawan di bidang seni dan budaya dari Gubernur Sumbar (1990)Hadiah sastra dari Mendikbud (1992)Hadiah Sastra ASEAN/SEA Write Award (1994)Anugerah Buku Utama dari Unesco/IKAPI (1999)Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah RI
Semoga membantu ^_^