Apa pesan dan kesan dari candi borobudur ?
Mata pelajaran: IPS Sejarah
Kelas: X SMA
Kategori: hasil
budaya zaman praaksara, Hindu-Buddha dan Islam.
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.1
Kata kunci: candi
borobudur
Jawaban:
pesan dan kesan dari candi borobudur :
a.nama BOROBUDUR berasal dari kata Sambharabhudara, yaitu
artinya gunung ( Bhudara ) dimana di lereng – lerengnya terletak teras – teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainya. Misalkan kata Borobudur
berasal dari ucapan para budha yang karena pergeseran bunyi menjadi Borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata Bara dan Beduhur.
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain
dimana bara berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kompleks candi atau
biara dan Beduhur artinya ialah tinggi, atau mengingatkan dalam bahasa Bali
yang berarti diatas. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada
di tanah tinggi.
b.Dinasti syailendra merupakan dinasti yang tangguh sebagai
pelaut.
Pembahasan:
Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar yang terbuat dari batu
andesit dan terbagi menjadi tiga bagian, kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu
yang diwujudkan dalam 10 teras bertingkat. Borobudur mempunyai ketinggian 34,5
m dan luas 123 x 123 m. Setiap bagian candi dihias dengan 2.672 panil relief,
504 arca Buddha, dan 73 stupa. Berdasarkan datayang diperoleh, diduga bahwa
Candi Borobudur didirikan secara bertahap oleh tenaga kerja sukarela yang
bergotong royong demi kebaktian ajaran agama pada masa pemerintahan Dinasti
Syailendra antara tahun 750 – 842 M.
Urutan cerita pada relief candi Borobudur
secara tingkat bermakna sebagai berikut :
1.Karmawibhangga
Salah satu ukiran karmawibhangga di dinding Candi Borobudur (lantai 0 sudut
tenggara).
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghias dinding batu
yang terselubung tersebut, menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut
bukan merupakan cerita seri (serial) tetapi pada setiap pigura menggambarkan
suatu cerita yang mempunyai kolerasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja
memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman
yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara
keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir –
hidup – mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Budha rantai
itulah yang akan di akhiri untuk menuju kesempurnaan.
2.Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Budha dalam deretan relief – relief (
tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunya Sang
Budha dari Sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa
dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,
setelah melampaui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga
sisi timur, ke – 27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga
maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir
Sang Budhisattwa selaku calon Budha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya
Sang Budha, di arca pada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana
dan Permaisuri Maya dari negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120
pigura yang berakhir dengan wejangan pertama yang secara simbolis dinyatakan
sebagai pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Budha disebut Dharma yang juga
berarti hukum, sedangkan Dharma dilambangkan sebagai roda.
3.Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Sang Budha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan
Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya pengumpulan jasa
atau perbuatan baik merupakan tahapan dalam usaha menuju keringat ke – Budhaan.
Sedangkan Awadana pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan dan kitab Awadasanataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief Candi Borobudur Jataka dan Awadana
diperlakukan sama artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa
dibedakan. Himpunan yang paling tekenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam
abad ke – 4 Masehi.
4.Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong kedua adalah cerita Sudhana
yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya dalam mencari Pengetahuan
Tertinggi tentang kebenaran sejati oleh Sudhana. Penggambaranya dalam 460
pigura didasarkan pada kitab suci Budha Mahayana yang berjudul Gandawyuha dan
untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainya yaitu Bhadracari. (Lt)