Apa faktor kemajuan kerajaan lombok?

Posted on

Apa faktor kemajuan kerajaan lombok?

FOLLOW ME:)

Runtuhnya Kerajaan Di Lombok

Setelah VOC menguasai jalur perdagangan di utara, kerajaan Gowa gusar. Karena tidak mau memberikan peluang lagi kepada Belanda, Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Gowa juga melakukan ekspansi dan mampu menguasai Flores Barat dengan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat.

Gelgel yang mulai bangkit tidak senang dengan ekspansi Gowa ini. Gowa dihadapkan pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang, yang dianggap halaman belakang Gelgel.

Sepeninggal Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom kesepakatan tersebut mengalami perubahan, terjadi terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.

Dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin Gowa melakukan perlawanan keras terhadap Belanda, perak tidak terelakkan. Hingga akhirnya pada tahun 1667, Gow harus menerima perjanjian Bungaya. Dari pertempuran anatara Gowa dan Belanda, Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal. Perjanjian Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda.

Walaupun Kerajaan Selaparang mampu mengalahkan serangan kerajaan Gelgel, petani liar dari Karang Asem (Bali) yang mendirikan koloni dan menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Kerajaan ini muncul pada tahun 1622, embrio kekuatan ini sebenarnya sudah ada sejak permulaan abad ke 15.

Bahaya yang paling besar dan ditakuti muncul secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda. Ini merupakan ancaman utama. Ekspansi militer belanda sangat membahayakan. Akhirnya, karena terlalu fokus pada ancaman utama ini, Selaparang mengabaikan kekuatan Gelgel, karena Gelgel selalu mampu dikalahkan. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kekuatan kerarajaan kecil tersebut, maka dibawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa, Kerajaan Selaparang hanya menempatkan laskarnya berjumlah kecil. 

Namun, di internal Kerajaan Selaparang ditengarai ada masalah yang cukup serius yaitu perbedaan pandangan antara Raja dan salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan yang bernama Arya Banjar Getas soal posisi pasti perbatasan antara wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.  Dari perselisihan paham tersebut, akhirnya Arya Banjar Getas beserta pengikutnya meninggalkan Selaparang bergabung dengan Kerajaan Pejanggik, Raden  Arya Banjar Getas juga mampu mengajak Kerajaan Pejanggik untuk ikut serta dan bergabung dalam ekspedisi tentara Kerajaan Mataram Karang Asem (Bali) yang sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Hingga pada tahun 1672 kerajaan Selaparang berhasil ditaklukkan setelah menerima ekspedisi militer Arya Banjar Getas, Pejanggik dengan pihak Kerajaan Mataram Karang Asem. Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawana, pusat kerajaan selaparang hancur rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.

Empat belas tahun setelah membumihanguskan Selaparang, Kerajaan Pejanggik juga dibumihanguskan oleh Keerajaan Mataram Karang Asem pada tahun 1686. Tidak hanya kerajaan Pejanggik, kerajaan Mataram juga meluluh lanttakkan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Lombok. Kerajaan Mataram menguasai seluruh penjuru lombok.

Menguasai jalur perdagangan di utara