Ketika pelabuhan Sunda Kelapa dibuka pada abad ke-8, Jakarta sudah didatangi pedagang dari berapa negara ?

Posted on

Ketika pelabuhan Sunda Kelapa dibuka pada abad ke-8, Jakarta sudah didatangi pedagang dari berapa negara ?

Pelabuhan
Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di
Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta
Jakarta.Pelabuhan ini sempat berganti nama beberapa kali namun berdasar
SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret 1974 nama Sunda Kelapa
ditetapkan sebagai nama resmi pelabuhan ini.

Pelabuhan Sunda
Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang
berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara.Namun pada abad ke-12
berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda.

Sejak Kerajaan
Sunda berhasil menguasai pelabuhan ini,Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil
berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting yang ada di pulau
Jawa,mengingat lokasinya yang cukup strategis.

Selain
pedagang-pedagang dari berbagai daerah di Nusantara yang melakukan
kegiatan perdagangan di pelabuhan ini,tak jarang pedagang – pedagang
asing dari negeri luar seperti Tiongkok,Arab,India,Inggris dan
Portugis.Bangsa Portugis bahkan membangun relasi dengan Kerajaan Sunda
hingga diizinkan membuat kantor dagang di sekitar pelabuhan.

Kesultanan
Demak yang melihat hubungan Portugis dengan Kerajaan Sunda sebagai
sebuah ancaman,kemudian merencanakan penyerangan atas Sunda Kelapa.Pada
22 Juni 1527,pasukan gabungan Kesultanan Demak-Cirebon dibawah pimpinan
Fatahillah menyerang dan berhasil menguasai Sunda Kelapa dan merubah
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.Peristiwa ini kemudian diingat
sebagai ulang tahun Kota Jakarta.

Setelah Demak berkuasa, Belanda
dibawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di Pelabuhan
Sunda Kelapa pada tahun 1596 dengan tujuan utama mencari
rempah-rempah,mengingat pada saat itu rempah – rempah merupakan
komoditas utama di Belanda karena berbagai khasiatnya seperti obat,
penghangat badan, dan bahan wangi-wangian.

Pada tahun 1610 Belanda
membuat perjanjian dengan Pangeran Jayawikarta atau Wijayakarta
penguasa Jayakarta dan membuat suatu perjanjian.Dalam perjanjian
tersebut,disebutkan bahwa Belanda diijinkan membuat gudang dan pos
dagang di timur muara sungai Ciliwung.

Setelah perjanjian
disetujui Belanda pun mendapat keuntungan yang besar akibat perdagangan
rempah-rempah yang mereka lakukan di negeri asal mereka.Melihat
keuntungan yang pesat,Belanda akhirnya memutuskan untuk melakukan
ekspansi di Jayakarta dan kemudian menggant nama Jayakarta menjadi
Batavia.

Di bawah kekuasaan Belanda, pelabuhan Sunda Kelapa
kemudian direnovasi.Semula pelabuhan Sunda Kelapa yang tadinya hanya
memiliki kanaal sepanjang 810 m,diperbesar hingga menjadi 1,825 m.

Mulai
masuk abad ke-19,pelabuhan Sunda Kelapa mulai sepi akibat terjadinya
pendangkalan air di daerah sekitar pelabuhan sehingga menyulitkan kapal
dari tengah laut yang hendak berlabuh,padahal pada saat itu Terusan Suez
baru saja dibuka dan seharusnya bisa menjadi peluang besar bagi
pelabuhan Sunda Kelapa untuk dapat berkembang lebih pesat lagi.

Melihat
pelabuhan ini menyia-nyiakan potensi yang diberikan oleh Terusan
Suez,Belanda kemudian mencari tempat baru untuk mengembangkan pelabuhan
baru.
Perhatian Belanda untuk mengembangkan pelabuhan pun jatuh kepada kawasan Tanjung Priok.

Tanjung
Priok kemudian berhasil berkembang menjadi pelabuhan terbesar
se-Indonesia,peran Pelabuhan Sunda Kelapa pun tergantikan dengan
keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok ini.

Kini, pelabuhan Sunda
Kelapa tidak terlihat sesibuk saat masa jaya nya.Pelabuhan ini sekarang
hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di Indonesia.Namun mengingat
memiliki nilai sejarah yang tinggi,kini pelabuhan ini dialihfungsikan
menjadi situs sejarah.Bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di
sekitar wilayah pelabuhan kini dijadikan Museum.Ada beberapa museum di
sekitar pelabuhan,seperti Museum Bahari, Museum Fatahillah, Museum
Wayang dan lain sebagainya.