Rangkuman Abdur Rauf as-singkili dan Arsyad Al-Banjari ​

Posted on

Rangkuman Abdur Rauf as-singkili dan Arsyad Al-Banjari ​

Jawaban:

Syaikh Abdur Rauf-Singkil (Singkil, 1035 H 165M – Banda Aceh 1108 1093 M) adalah

ulama besar dan tokoh tasawuf dari Aceh yang pertama kali membawa dan mengembangkan Tarekat Syattariyah Indonesia

Pada tahun 1604 H 1643 M. Abdur Rauf berangkat ke tanah Arab dengan tujuan mempelajari agama

Ia mengunjungi pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama di sepanjang jalar perjalanan haji antara Yaman dan Mekah. Abdur Rauf memiliki sekitar 21 karya tertulis yang terdiri dari I kitab tafsir. 2 kitab hadis. 3 kitab fikih, dan sisanya kitab tasawuf.

Syaikh Abdur Rauf as-Singkili meninggal tahun 1105 H/1693 M. Dia dimakamkan di dekat kuala

atau mulut sungai Aceh. Tempat tersebut juga menjadi kuburan untuk istri-istrinya, murid

kesayangannya Dawud Al-Rumi. dan murid-murid lainnya. Di kemudian hari, ia dikenal dengan

mama Tengku Syaikh Kuala yang namanya diabadikan pada perguruan tinggi di Banda Aceh yakni Universitas Syiah Kuala. As-Singkili pun dikenal sebagai Wali Tanah Aceh. Makamnya, hingga kini, ramai dikunjungi para peziarah.

Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari

Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di desa Lok Gabang pada hari kamis dinihari 15

Safar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Sejak kecil ia mempunyai bakat di bidang seni

lukis dan kaligrafi (Khat). Muhammad Arsyad al-Banjari, ketika berumur 7 tahun, dijadikan

anak angkat oleh Sultan Tahmidullah (Sultan Kerajaan Banjar saat itu) karena Sultan sangat terpesona

melihat hasil lukisan beliau yang indah nan menawan.

Menginjak dewasa, beliau merantau ke negeri Arab (Makkah) untuk menuntut agama Islam lebih

mendalam. Di antara guru beliau ketika di Makkah adalah Syaikh 'Athoillah bin Ahmad al Mishry.al

Faqib Syaikh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al 'Arif Billah Syaikh Muhammad bin Abd.

Karim al Samman al Hasani al Madani.

Ketika di Makkah bawah bimbingan al 'Arif Billah Syaikh Muhammad bin Abd. Karim al Samman

al Hasani al Madani, Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya

dengan kedudukan sebagai khalifah thariqah Sammaniyah. Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid

Muhammad al Samman di Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syaikh Muhammad

Arsyad al Banjari, Syaikh Abd. Shamad al Palembani (Palembang). Syaikh Abd Wahab Bugis dan

Syaikh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan "Empat Serangkai dari Tanah Jawi" yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain.

Setelah 35 tahun lamanya menimba ilmu di Makkah, rindu akan kampung halamannya, pada bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura

pusat Kerajaan Banjar pada masa itu.

Ketika perjalanan pulang dari Makkah ke Martapura, Muh. Arsyad singgah di Betawi. Salah satu

peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syaikh Muhammad Arsyad membetulkan arah

kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa

tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara Arab

Melayu (tulisan Jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25

derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

Sultan Tamjidillah (Raja Banjar) menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran.

rakyat Banjar memberinya julukan "Matahari Agama" yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh

Kerajaan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan

ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Yaitu kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada

umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia Raja yang 'alim lagi wara'.

Pada hari Selasa, 6 Syawal 1227 H (1812 M) Allah Swt. memanggil Syaikh Muhammad Arsyad ke

hadirat-Nya. Usia beliau 102 tahun dan dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan Datuk

Penjelasan:

maaf kalo salah

semoga bermanfaat ya