Tuliskan yang membentuk teks cerita fantasi ​

Posted on

Tuliskan yang membentuk teks cerita fantasi ​

Senandung Alensa

Bandung, hari ini sangat panas tapi serasa berada dalam surga. Aku selalu bangun pagi untuk mandi, tapi kali ini tidak. Udara begitu sejuk hingga aku lupa dunia, lupa tentang dunia nyataku. Ini bukanlah kota Bandung yang sesungguhnya. "Raisa!" Panggilku pada peri yang menggantung diantara pepohonan. Dengan sigap, peri bernama Raisa itu menoleh. "Hei-hei Alensa, apa kabarmu? Lama tak bertemu," ucapnya sambil turun dari pepohonan itu. Aku menyeringai, "tentu saja, kau tidak pernah mencariku." Raisa mencoba membalas perkataanku, tapi sepertinya ia sedang kehabisa kata-kata. "Hmm.. Raisa, apa kamu sudah selesai pada pelajaran sihir tiga jari?" Kataku sambil mengambil buku cetak tebal yang sudah ada di tasku. "Maksudmu mau meremahkanku?" Dengan garang ia berkacak pinggang dan mendekat. "Tidak hanya bertanya saja," gumamku hati-hati takut ia tersinggung. "Dasar peri tidak bersayap!" Seketika aku terkekeh geli mendengar ucapan Raisa. "Aku manusia, Raisa! Sudah berapa kali aku bilang?" Jengkelku padanya. "Ah baiklah, yang sudah lulus sihir tiga jari ciee," ia tersenyum jahil. "Jadi, kamu bisa senandung itu Len?" Raisa bersandar pada sebuah pohon dan mengatupkan sayapnya. "Tentu saja, sudah kukuasai semua, dan kunamai 'Senandung Alensa' keren kan?" pekikku girang. "Lebay!" sebuah gulungan dari daun berhasil mendarat di kepalaku.