Bagaimana terjadinya coral blacing

Posted on

Bagaimana terjadinya coral blacing

Peningkatan suhu air laut. Faktor peningkatan suhu air laut seringkali diasosiasikan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan radiasi matahari dan efek rumah kaca. Seperti diketahui, karang termasuk fauna dengan toleransi suhu yang rendah. Peningkatan suhu sebesar 10 – 1.50C diatas rata-rata diketahui sudah dapat memicu terjadinya pemutihan karang (Baker et al. 2008; Douglas 2003; Lesser 2004; Saptarini & Muzaki 2010).
Peningkatan permukaan air laut (sea level rise). Pemanasan global juga memicu terjadinya pencairan es di kutub yang menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Selama ribuan tahun, permukaan air laut relatif stabil dan karang umumnya tumbuh pada kedalaman dangkal (zona fotik) sehingga peningkatan permukaan air laut dapat menyebabkan karang “tenggelam” ke area yang lebih dalam dan akibatnya lebih sedikit mendapatkan cahaya. Efek lain dari peningkatan permukaan air laut adalah peningkatan kekeruhan dan laju sedimentasi akibat erosi pantai (Buddemeier et al., 2004).
ENSO (El Nino Southern Oscillation). Saat terjadi El Nino, terjadi peningkatan suhu air laut di kawasan samudera Hindia dan Pasifik yang memicu terjadinya pemutihan karang secara massal. Pemutihan karang juga terjadi selama fase dingin ENSO (La Nina) pada area-area yang cenderung mengalami peningkatan suhu (Buddemeier et al., 2004).
Polusi kronis. Polusi (organik, logam berat dan lain-lain) yang diakibatkan kegiatan antropogenik berpotensi menurunkan kualitas air laut yang dapat menyebabkan kematian karang (Douglas, 2003).
Mikroorganisme pathogen, misalnya Vibrio shiloi dapat menyebabkan kematian karang Oculina patagonica (Banin et al 2001 dalam Douglas 2003).
Perubahan sirkulasi arus laut. Hampir semua terumbu karang di latitude tinggi (>350) tumbuh pada area dimana arus membawa air hangat dari kawasan tropis. Perubahan alur dan kekuatan arus menyebabkan perbedaan suhu yang dapat mengakibatkan pemutihan karang (Buddemeier et al., 2004)
Presipitasi dan pola badai. Presipitasi di kawasan tropis diketahui mengalami peningkatan sebesar 0.2 – 0.3% per dekade. Frekuensi hujan juga meningkat hingga 90 – 99% pada beberapa kawasan tropis. Peningkatan presipitasi dapat menurunkan salinitas air laut, sementara peningkatan frekuensi hujan mengakibatkan peningkatan kekeruhan dan sedimentasi terutama di daerah sekitar muara (Buddemeier et al., 2004).