Apa itu makani,wuwut,wiwit,wiwut,ampelas pada proses penganyaman
Jawaban:
asi Wiwit atau dikenal juga Sega Wiwitan merupakan bentuk sajian yang tidak lazim dijual di warung makan. Nasi ini pada zaman dulu hanya bisa didapatkan ketika sedang terjadi musim panen padi. Pada masa lalu umumnya orang yang akan melakukan panen padi akan mengawali kegiatannya dengan upacara wiwit terlebih dulu. Bahkan pada beberapa wilayah upacara wiwitan dilakukan juga pada saat akan menanam benih padi. Upacara wiwitan dilakukan dengan suatu maksud agar panenan padi selalu melimpah, tanaman tidak diganggu hama, dan tanah selalu subur.
Dalam upacara wiwitan ini akan dibagikan nasi dalam wadah yang disebut pincuk. Di dalam pincuk tersebut akan disajikan nasi, urap atau gudangan, sambel gepeng, gorengan ikan asin (gereh pethek), seiris telur ayam atau bebek, sepotong pisang, rempeyek, dan sesuwir daging ayam. Nasi atau Sega Wiwitan ini pada masa lalu umumnya akan diburu anak-anak mengingat anak-anak di masa lalu sering tidak pernah makan enak di rumah. Sega Wiwitan identik dengan pesta makanan enak dan gratis.
Pada zaman seperti sekarang upacara wiwit hampir tidak pernah lagi dilakukan oleh petani atau pemilik sawah padi. Mungkin hal itu dianggap sebagai pemborosan dan merepotkan. Akibatnya menu Sega Wiwitan relatif sulit didapatkan. Orang-orang yang pernah merasakan betapa nikmatnya rasa Sega Wiwitan banyak juga yang kangen. Untuk mencari atau memburunya di tengah areal persawahan sudah tidak mungkin lagi.
Jangan khawatir ! Anda yang suka atau kangen dan ingin bernostalgia dengan menu Sega Wiwitan dapat menikmatinya di Rumah Makan Sego Wiwitan Pak Kenthus di ring road Bantul. Persisnya di sisi barat kompleks Desa Kerajinan/Wisata Manding. Di sisi barat Dusun Manding ini Anda akan menemukan perempatan bertraffic light. Anda tinggal mengarahkan langkah ke selatan. Pada jarak sekitar 100 meter Anda akan menemukan papan petunjuk lokasi rumah makan termaksud.
Satu porsi Sega Wiwitan di rumah makan Pak Kenthus ini dibanderol dengan harga 3.500 rupiah. Satu porsi sayur lodeh keluwih dihargai 1.000 rupiah. Sedangkan satu mangkuk dawet dihargai 2.000 rupiah. Sebuah harga yang murah mengingat seporsi mie ayam model gerobakan (kelilingan) saja harganya sudah 4.000-5.000 rupiah.
Ada sebuah menu langka yang saya temukan ketika berkunjung di sebuah event bertajuk Pasar Kangen yang digelar beberapa waktu yang lalu. Sego wiwit salah satunya. “Sego” merupakan ejaan berbahasa Jawa yang memiliki arti berupa nasi. Lalu apa uniknya menu nasi yang satu ini? Temukan segera jawabannya di sini!
Bukan Jogja namanya jika tak menawarkan suguhan kegiatan yang unik dan asik. Pasar Kangen salah satunya. Sebuah acara yang ditujukan untuk melepas rindu segenap warga Jogja beserta seluruh pengunjungnya pada lezatnya beragam menu populer di masa lalu. Sego wiwit sendiri merupakan sebuah menu yang disajikan para petani sebelum masa panen padi tiba. Menu ini merupakan sajian pada Upacara Wiwitan. Kata “wiwit” sendiri memiliki arti awal. Upacara Wiwitan adalah wujud ucapan syukur sekaligus selamatan para petani yang dilakukan di sawah mereka masing-masing.
Sego wiwit ini biasanya dibawa menggunakan “tampah” ataupun “bakul” besar yang terbuat dari anyaman bambu. Ada yang membentuk nasi wiwit dengan bentuk tumpengan yang diletakkan di atas tampah, lengkap dengan lauk-pauk berupa ayam ingkung utuh, tempe goreng, telur rebus, ikan asin dan sambel gepeng tentunya. Sambel gepeng merupakan salah satu jenis sambal yang dibuat dari kedelai goreng yang dihaluskan secara manual dan diberi bumbu berupa bawang putih, cabai dan garam. Sambel gepeng inilah yang menjadi ciri unik tersendiri dari sego wiwit. Selain dibentuk tumpeng, ada pula yang membawa nasi dengan bakul dengan beragam lauk yang diletakkan di atas nasi.
Di daerah pedesaan di Bantul masih melakukan tradisi wiwitan sebelum acara panen padi dimulai. Sego wiwit akan dibagikan pada siapa saja yang mau menerima yang kebetulan berada di dekat area persawahan yang akan dipanen. Tak jarang banyak anak kecil yang tinggal di sekitar area persawahan yang sengaja menunggu upacara Wiwitan selesai dilakukan. Salah satu alasannya tidak lain untuk menikmati lezatnya sego wiwit yang nanti akan dibagi seusai Upacara Wiwitan berlangsung. Sego wiwit biasanya disajikan di atas “pincukan” daun pisang. “Pincuk”merupakan istilah melipat di pangkal daun pisang yang diikat dengan menggunakan potongan lidi sehingga membentuk sebuah wadah yang dapat digunakan sebagai tempat makan alami. Sego wiwit merupakan salah satu saksi kuliner unik yang saya temui puluhan tahun yang lalu.
jika ad kesalahan mohon di maafkan