Apa keutamaan menghafal hadis​

Posted on

Apa keutamaan menghafal hadis​

Jawaban:

menghafal hadits-hadits Nabi yang shahih, mementingkannya termasuk perbuatan yang utama dan menjadi ibadah yang paling agung, hal itu akan menjadi jelas dengan beberapa hal berikut ini:

1.Menghafalnya akan membantu untuk memahaminya, mengerti artinya untuk disampaikan kepada masyarakat.

2.Imam Tirmidzi (2658) telah meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( نضر الله امرأ سمع مقالتي فوعاها وحفظها وبلغها، فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه ) وصححه الألباني في "صحيح الجامع" (2309)

“Allah akan memberikan “Nadhrah” kepada seseorang yang telah mendengarkan ucapanku, lalu dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya, karena berapa banyak para pembawa fikih, ada yang lebih faham lagi darinya”. (Diishahikan oleh Albani dalam Shahihul Jami’: 2309)

Al Bazzar telah meriwayatkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda:

( نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِيَ فَحَفِظَهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا )

“Allah akan memberikan “Nadhrah” kepada seseorang yang telah mendengarkan ucapanku, lalu menghafalnya dan mengamalkannya sebagaimana yang telah ia dengar”.

Hadits ini menunjukkan sebuah doa atau kabar dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa akan mendapatkan nadhrah bagi mereka yang menghafal hadits dan menyampaikannya sebagaimana yang telah dia hafal.

Adapun makna dari “Nadhrah” adalah keindahan dan cemerlang.

Maksudnya adalah Allah akan melimpahkan kebahagiaan, kesenangan di dunia khusus kepadanya  dan akan memberikan kenikmatan di akhirat, sehingga akan tampak pada dirinya indahnya nikmat dan kemudahan hidup.

Sebagian menganggap redaksi hadits itu sebagai bentuk kabar, Allah menjadikannya sebagai orang yang mendapatkan keindahan, dan sebagian yang menyatakan sebagai bentuk doa agar mendapatkan keindahan, bentuk kabar lebih utama dari pada sebagai bentuk doa”. (Mirqaatul Mashaabih: 1/306 karya Al Qaari)

Dan dari Abu Musa Al Asy’ari  dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

( مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ) . رواه البخاري (79) ومسلم (2282) .

“Perumpamaan apa yang Allah utuskan kepadaku dari petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang lebat yang turun ke bumi, sebagian tanahnya adalah “naqiyyah” subur yang mampu menyerap air dan menumbuhkan tumbuhan dan rerumputan yang banyak, ada juga bentuk tanah yang “Ajaadzib” tandus yang mampu menahan air, sehingga banyak orang yang memanfaatkannya untuk minum dan mengairi sawahnya, ada juga bentuk tanah yang disebut: “Qii’aan” tidak mampu menyerap air dan tidak mampu menumbuhkan tumbuhan. Perumpaan ini sama dengan seseorang yang telah memahami agama Allah dan bermanfaat baginya, maka dia pun mengetahui, mengajarkan dan mereka yang tidak mengangkat kepalanya (tidak peka) dan tidak menerima hidayat dari Allah yang aku telah diutus karenanya”. (HR. Bukhori: 79 dan Muslim: 2282)