Apa perbedaan teori konsentris, sektor, konsektor, kosektoral, inti ganda, terkait teori struktur kota
Jawaban:
Teori konsentris
Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology (1921), manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat kota.
Untuk mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya.
Teorinya ini berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori Burgess, kota dibagi menjadi lima zona yakni:
Zona pusat daerah kegiatan (PDK) atau CBD (central business district)
Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat bisnis, dan sebagainya
Zona peralihan atau transisi
Daerah ini terikat dengan zona pusat daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan permukiman.
Teori sektoral
Teori ini dicetuskan oleh Hommer Hoyt dan dimuat dalam The Structure and Growth of Residential Neighborhoods in American Cities (1939). Model pengembangan kota ini ditemukannya di Calgary, Kanada.
Dalam teori sektoral, zona yang ada di kota terbagi-bagi seperti bentuk pita.
Orang cenderung membangun aktivitas sedekat mungkin dengan jalur jalan utama. Dengan meningkatnya sistem jaringan jalan dan lalu lintas, maka aktivitas akan meningkat juga.
Lahan terbagi berdasarkan perbedan sektor sesuai dengan pengembangan daerah baru. Pembagian zonanya yakni:
Zona 1: PDK (CBD)
Zona 2: Zona tempat grosir dan manufaktur
Zona 3: Zona permukiman kelas rendah
Zona 4: Zona permukiman kelas rendah
Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi
Teori inti ganda
Teori inti ganda dicetuskan oleh CD Harris dan FL Ullman dan diterbitkan menjadi jurnal berjudul The Nature of Cities (1945).
Menurut mereka, satu kota tidak hanya terdapat satu CBD saja, tetapi bisa beberapa CBD.
Teori ini bisa kita lihat di kota-kota megapolis seperti Jakarta. CBD tidak hanya di Sudirman, namun juga di Thamrin dan Kuningan.
Menurut teori inti ganda, pertumbuhan kota satelit terjadi bila besaran kota telah mencapai ukuran tertentu.
Kota satelit akan tumbuh setelah kota utama (metropolitan) sudah sulit dikembangkan lagi.
Secara sosial ekonomi, kota satelit akan masih bergantung kepada kota induknya. Seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, warganya banyak beraktivitas di DKI.
Begitu pula pemerintahnya yang masih mengandalkan dana bantuan dari DKI Jakarta. Kota-kota penyangga itu terus berkembang seiring dengan terbatasnya ruang di Jakarta.
Pembagian zona berdsasarkan teori inti ganda yakni:
Zona 1: zona PDK (CBD)
Zona 2: zona grosir dan manufaktur
Zona 3: zona permukiman kelas rendah
Zona 4: zona permukiman kelas menengah
Zona 5: zona permukiman kelas tinggi
Zona 6: zona daerah manufaktur berat
Zona 7: zona daerah luar PDK
Zona 8: zona daerah permukiman sub urban
Zona 9: zona daerah industri sub urban
Penjelasan:
Seluruh kota di dunia bermula dari kota kecil, bahkan desa, sebelum akhirnya menjadi kota besar.
Kota berkembang mengikuti jumlah dan aktivitas manusia. Bentuk pertumbuhan tiap kota berbeda.
Ada tiga konsep klasik yang digunakan untuk menjelaskan pola keruangan kota. Ketiga teori itu yakni:
Teori konsentris (concenrtric zones theory)
Teori sektoral (sectors theory)
Teori inti ganda (multiple nuclei theory)