Apa saja yg harus dihijrahkan? dan kapan hijrah dilaksanakan?
Jawaban:
Hari ini kita libur, memperingati jatuhnya tahun baru Islam, yaitu 1 Muharam 1435 H. Memang perlu diakui, sekalipun negeri ini mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi sehari-hari masyarakat lebih akrab dengan kalender masehi. Orang lebih cepat menyebut tanggal dan bulan masehi dari pada tanggal dan bulan hijriyah. Sekali-kali saja, umat Islam peduli pada penanggalannya Islam, yaitu misalnya ketika mau puasa di Bulan Ramadhan atau mau merayakan idul fitri atau idul adha.
Boleh-boleh saja pada saat seperti ini kita berhijrah secara fisik, misalnya berpindah ke pulau di bagian perbatasan yang masih sedikit jumlah penduduknya. Dengan berhijrah, kita mengembangkan pendidikan di tempat terpencil itu. Wilayah perbatasan, tentu masih luas sekali, dan tenaga manusia, apalagi berkualitas, selalu masih dibutuhkan. Namun oleh karena takut tantangan, ingin hidup yang lebih enak, dan agar selalu bisa menikmati teknologi modern, tidak semua orang tertarik. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, mereka yang berada di daerah terpencil berhijrah ke perkotaan yang kondisi jalannya sudah macet.
Nabi pernah berhijrah dari Makkah ke Madinah, sekalipun harus menempuh perjalanan berhari-hari. Sekarang ini perjalanan antara dua kota tersebut bisa ditempuh sekitar 5 hingga 6 jam dengan kendaraan roda empat. Kondisi jalan yang menghubungkan antara Makkah dan Madinah, sekarang ini sudah sangat bagus. Bahkan kalau mau naik pesawat, cukup 45 menit. Namun hijrah yang dilakukan oleh Nabi 1435 tahun yang lalu tidak semudah sekarang. Pada saat itu belum ada kendaraan roda empat dan apalagi pesawat terbang. Orang bepergian, ketika itu, paling-paling hanya dengan jalan kaki atau naik onta. Tentu memerlukan waktu lama, dan sangat berat oleh karena harus melewati padang pasir, suasana panas, dan belum banyak penduduk di sepanjang jalan yang sekiranya bisa dimintai bantuan.
Sekarang ini kita mau berhijrah ke mana saja mudah, tinggal pilih, jalan kaki, naik motor, mobil, kapal laut, atau pesawat terbang. Semua serba mungkin. Berhijrah antar pulau, dari Jawa ke Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua, atau ke pulau-pulau yang lebih kecil lainnya hanya butuh waktu sehari dan bahkan kurang. Tatkala terlanjur berhijrah, lalu terasa tidak enak, lalu ingin pindah ke tempat lain, atau kembali pulang ke daerah asal, juga mudah sekali. Dalam waktu sehari saja bisa menempuh ribuan kilometer. Sekarang ini mobilitas sedemikian mudah, tidak saja di dalam negeri, bahkan juga ketika mau ke luar negeri. Persoalannya hanya tinggal mau berhijrah atau tidak.
Sekarang ini, andaikan masih enggan berhijrah secara fisik, pada tanggal 1 Muharam 1435 H, dalam rangka mengikuti jejak nabi, kita seharusnya memperteguh niat berhijrah dengan cara lainnya, misalnya secara mental , ruh, atau jiwa. Jiwa atau mental kita perlu dihijrahkan pada setiap saat, lebih-lebih pada tahun baru hijrah seperti sekarang ini. Contoh yang paling kecil dan sederhana misalnya, dari kebiasaan bangun pagi yang selalu telat, hingga sholat subuh terlambat, berhijrah menjadi bangun pagi tepat pada waktunya. Hijrah sederhana itu banyak untungnya, paling tidak badan menjadi lebih sehat. Islam juga mengajarkan agar selalu memelihara kesehatan badan, dan lebih-lebih kesehatan ruhani.
Agak lebih sulit lagi, berhijrah terkait kehidupan sosial. Menyadari bahwa kemiskinan masih banyak, maka segera menghijrahkan jiwa, yaitu berusaha mengubah sikap pelit, mementingkan diri sendiri, tidak peduli pada penderitaan orang lain, menjadi orang yang suka menolong terhadap sesama yang membutuhkan. Menjadi seorang muslim diartikan menjadi orang yang selalu berhijrah menuju kepada kehidupan yang lebih sempurna dalam berbagai aspeknya. Manakala konsep hijrah seperti itu dijalankan, maka kehidupan bersama menjadi semakin baik. Kemiskinan dan penderitaan sebagaimana disebutkan itu semakin bisa terkurangi lewat gerakan dengan memanfaatkan momentum awal tahun baru hijriyah ini.
Berhijrah dalam kontek sekarang tidak harus dimaknai secara fisik. Mengubah mental, pola pikir, jiwa, dan kebiasaan buruk, menjadi lebih baik dalam arti memberi manfaat bagi kehidupan bersama sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah selalu menjadi tuntutan. Sebagai seorang muslim dengan bertambahnya waktu, atau bertambahnya umur, dituntut menjadi semakin baik, hingga keber-Islamannya semakin lama semakin sempurna. Islam adalah ajaran yang sedemikian ideal, sehingga tidak mungkin seseorang meraihnya sekaligus. Kualitas keber-Islaman selalu disempurnakan dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya, hijrah secara mental, jiwa atau ruh itu menjadi sangat penting, apalagi pada saat tahun baru seperti sekarang ini. Oleh karena itu, seruan yang paling tepat adalah, marilah kita selalu berhijrah tanpa mengenal henti, dalam pengertian selalu berusaha meningkatkan kualitas diri masing-masing. Wallahu a'lam.
Penjelasan:
SEMOGA MEMBANTU
tolong kasih jawaban tercerdas ya