Apa yang dilakukan Sultan Baabullah saat mengusir Portugis dari Maluku?

Posted on

Apa yang dilakukan Sultan Baabullah saat mengusir Portugis dari Maluku?

Jawaban Terkonfirmasi

Yang dilakukan Sultan Baabullah saat mengusir Portugis dari Maluku adalah mengobarkan Perang Jihad dan mengepung pertahanan utama Portugis yaitu Benteng Sao Paulo sehingga penghuninya menyerah dan meninggalkan Maluku.

Pembahasan

Sultan Khairun, raja Ternate sejak tahun 1535 sampai 1570, dibunuh oleh Portugis ketika menghadiri undangan mereka di Benteng Sao Paulo untuk merayakan hubungan baik Ternate dan Portugis. Pengkhianatan biadab ini memicu kemarahan besar dari seluruh rakyat Maluku.

Kerajaan Ternate segera mengangkat putra Sultan Khairun, Pangeran Baab, sebagai Sultan Ternate dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah. Dalam pidato penobatannya, Sultan Baabullah bersumpah bahwa dia akan berjuang untuk menegakkan kembali panji Islam di Maluku, menjadikan Kerajaan Ternate sebagai kerajaan besar, dan membalas pengkhianatan Portugis sampai mereka meninggalkan Maluku.

Sultan Baabullah segera memaklumatkan Perang Jihad di seluruh negeri, dan, seperti ayahnya Sultan Khairun, mampu dengan baik mengkonsolidasikan semua kekuatan dari suku-suku yang berbeda di wilayah Indonesia timur. Beliau berhasil menyatukan raja-raja di Maluku, Sulawesi, serta Papua yang akhirnya melupakan persaingan di antara mereka dan dapat bersatu di bawah panji Ternate. Menurut sumber sejarah yang berasal dari Spanyol, pada saat itu Sultan Baabullah mampu mengerahkan 2000 kora-kora dan 120.000 prajurit.

Pasukan Ternate di bawah pimpinan Sultan Baabullah dalam waktu singkat mampu menjatuhkan beberapa benteng Portugis di Ternate yaitu benteng Tolucco, benteng Santo Lucia dan benteng Santo Pedro serta mengepung benteng Sao Paulo, yang menjadi tempat kediaman de Mesquita, pemimpin Portugis yang memerintahkan pembunuhan atas Sultan Khairun. Sultan Khairun masih segan merebut benteng ini dengan kekerasan mengingat banyak orang Ternate yang telah berkeluarga dengan orang Portugis masih tinggal di dalam benteng ini, dan hanya memutuskan hubungannya dengan dunia luar agar benteng ini kekurangan makanan dan menyerah.

Sementara mengepung benteng Sao Paulo, Sultan Baabullah mengobarkan perang Soya-Soya atau perang pembebasan negeri. Posisi Portugis di berbagai tempat di Maluku digempur habis-habisan. Pada tahun 1571 pasukan Ternate di bawah pimpinan Kapitan Kalakinka menyerbu pulau Ambon dan berhasil menguasainya. Pada tahun 1575 seluruh daerah kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan dikuasai oleh Ternate.

Benteng Sao Paulo yang dikepung akhirnya menyerah dan orang Portugis diultimatum untuk meninggalkan Ternate dalam waktu 24 jam. Maka pada tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi dari Ternate membawa kekalahan yang memalukan.

Sultan Baabullah kemudian membawa Ternate ke puncak kejayaannya, dengan wilayah kekuasaan membentang mulai dari Sulawesi Utara, Tengah, dan Timur, di bagian barat sampai kepulauan Marshall di bagian Timur, dan dari Filipina Selatan di bagian utara sampai Nusa Tenggara di bagian Selatan. Sultan Baabullah dijuluki 'Penguasa 72 Negeri', dimana 72 wilayah itu masing-masing mempunyai Raja yang tunduk kepadanya. Hal ini menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di bagian timur.

Sultan Baabullah juga menjalin persekutuan dengan Demak dan Aceh untuk mengusir Portugis dari Nusantara, sehingga persatuan tiga kerajaan terbesar di bagian barat, tengah dan timur Nusantara ini merupakan persatuan nasional bangsa Indonesia yang terwujud kembali setelah keruntuhan Majapahit.

Pelajari lebih lanjut

  1. Materi tentang perjuangan Sultan Baabullah. brainly.co.id/tugas/736645
  2. Materi tentang penyebab perang Ternate yang dipimpin Sultan Baabullah. brainly.co.id/tugas/1459259
  3. Materi Tentang terusirnya Portugis dari Maluku. brainly.co.id/tugas/1312288

—————————–

Detil Jawaban

Kelas : 11 SMA

Mapel : Sejarah

Bab :  Bangsa Eropa di Indonesia

Kode : 11.3.1

Kata Kunci: Sultan Baabullah, Portugis