Bagaimana asal mula pendirian masjid Rahmat​

Posted on

Bagaimana asal mula pendirian masjid Rahmat​

Jawaban:

Raden Rahmat atau Sunan Ampel baru tiba dari kawasan  Majapahit. Sebelum sampai di Ampeldento, ia melintas di kawasan Kembang Kuning melalui Sungai Brantas yang ada di depan Masjid Rahmat. Hanya dengan perahu kecil, lantas ia memutuskan singgah.

Di situ, putra Maulana Malik Ibrahim atau Asmoro Qondhi memutuskan untuk menyebarkan agama Islam.  Sesuai tradisi zaman dahulu, siapa yang ingin bertahan di suatu wilayah, maka ia harus pandai berduel.

"Raden Rahmat pun berduel adu kesaktian dengan Mbah Wirasoeroyo, tokoh di Kembang Kuning yang  

berjuluk Ki Mbang Kuning. Saat itu beliau masih beragama Hindu," ujar Syafii.

Dari duel itu, kemampuan Raden Rahmat pun teruji. Ia berhasil memenangkan duel yang cukup alot itu. Mbah Wirasoeroyo akhirnya takhluk di tangan Raden Rahmat dan mau mengikuti ajaran Raden Rahmat untuk memeluk Islam.

Mbah Wirasoeroyo pun mengangkat Raden Rahmat menjadi menantu dengan menikahkannya dengan  

putrinya, Karimah. Di surau inilah Raden Rahmat berdakwah mengajarkan ajaran agama Islam.Ia mengajarkan pada warga di kawasan Kembang Kuning tentang siapa Allah dan siapa Nabi Muhammad. Dengan pendekatannya yang halus dan mudah bergaul merangkul sesama, ajaran Raden Rahmat diterima banyak khalayak dengan sangat mudah.

# semoga membantu #

Lantunan ayat suci Al-Quran sayup terdengar di seantero Masjid Rahmat di kawasan Kembang Kuning, Surabaya, saat

berkunjung ke sana beberapa hari lalu, saat pertengahan Ramadhan. Selama bulan suci ini, masjid tertua di Kota Surabaya itu memang tak pernah sepi dikunjungi umat Islam untuk beribadah

Masjid Rahmat terbilang megah. Jauh sebelum kemerdekaan sekitar abad ke 14, bentuknya sama sekali tidak semegah sekarang.

Di masjid tempat Raden Sayyid Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat menyebarkan agama Islam di Tanah Surabaya ini dulunya hanyalah masjid tibanJejak masjid tiban itu memang tak banyak bisa dilihat saat ini. Namun jika masuk ke dalam masjid, ada

empat pilar besar. Empat pilar itulah yang dulunya adalah empat tiang penyanggar masjid tiban ini.

"Masjid Rahmat adalah masjid tertua di Surabaya, dulu bukan masjid seperti ini, hanya gubuk surau tiban. Atapnya hanya dari bambu dan jerami," ucap Syafii, pengurus Yayasan Masjid Rahmat.

Ihwal berdirinya masjid tiban ini dimulai Raden Rahmat atau Sunan Ampel baru tiba dari Majapahit. Sebelum sampai di Ampeldento, ia melintas di Kembang Kuning melalui Sungai Brantas yang ada di depan Masjid Rahmat. Hanya dengan perahu kecil, lantas ia memutuskan singgah.

Di sini, putra Maulana Malik Ibrahim atau Asmoro Qondhi memutuskan untuk menyebarkan agama Islam. Sesuai tradisi zaman dahulu siapa yang ingin bertahan di suatu wilayah, maka ia harus pandai berduel.

"Raden Rahmat pun berduel adu kesaktian dengan Mbah Wirasoeroyo, tokoh Kembang Kuning yang

berjuluk Ki Mbang Kuning. Saat itu beliau masih beragama Hindu," ujar Syafii.

Duel itu menunjukkan kemampuan Raden Rahmat. Ia memenangkan duel yang cukup alot itu. Mbah Wirasoeroyo takluk dan mau memeluk IslamMbah Wirasoeroyo mengangkat Raden Rahmat menjadi menantu dengan menikahkannya dengan

putrinya, Karimah. Di surau inilah Raden Rahmat berdakwah mengajarkan ajaran agama Islam.

Ia mengajarkan warga Kembang Kuning tentang Allah dan Nabi Muhammad. Lewat pendekatannya yang halus dan mudah bergaul merangkul sesama, ajaran Raden Rahmat diterima banyak khalayak.

"Sampai saat ini ajaran beliau masih dilestarikan, seperti megengan, tahlilan, dan juga membaca wiridan," Syafii menambahkan.

Langgar tiban ini baru direnovasi sekitar 1967. Saat itu negara sudah merdeka. Masjid ini dipugar untuk bisa menampung banyak jemaah yang ingin belajar agama Islam dan beribadah.

Oleh arsitek Surabaya Abu Ali, masjid dibuat menjadi dua lantai. Dengan gaya bangunan yang cukup klasik, desain masjid disesuaikan dengan kelokalan Surabaya.

"Ada lima pintu pilar di serambi masjid. Bentuknya seperti daunnya semanggi. Itu sengaja dibuat untuk

menguatkan kelokalan Surabaya," ucap Syafii.

Saat ini luas bangunan masjid Rahmat sudah besar, yaitu seluas 850 meter persegi. Selain itu juga ada

pelataran parkir yang cukup luas untuk bisa menampung para jemaah yang selalu padat di bulan suci seperti sekarang ini.

"Setelah dipugar masjid ini diresmikan oleh Menteri Agama era Bung Karno, Syaifuddin Zuhri. Sampai saat ini alhamdulillah bisa terus menjadi tempat untuk syiar Islam," ucap dia.

Selama Ramadhan, pengurus Masjid Rahmat memang menambah kegiatan. Sebagaimana dijelaskan oleh takmir masjid, Imam Suhudi, mengaji kitab diadakan setiap habis salat.

"Habis ashar ada mengaji Bidayah, yang memberi ilmu tentang masalah tasawuf. Setelah duhur juga ada kuliah lima belas menit. Begitu juga dengan subuh, kalau maghrib dan isya' jadi satu ada ceramah di sela salat tarawih," ia menambahkan.