Bagaimana kedudukan banten ketika sultan trenggana berkuasa di demak
Pangeran Sabrang Lor digantikan oleh saudara iparnya yang kemudian bergelar Sultan Trenggana (1521-1548), tokoh yang banyak berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di masa pemerintahannya, Demak berhasil menghalau pasukan Portugis yang mendekati Sunda Kelapa sekaligus mengambil alih pelabuhan itu dari Kerajaan Pajajaran (1527). Hingga tahun 1546, wilayah Tuban, Madiun, Surabaya, Pasuruan, Malang hingga Blambangan – wilayah Hindu terakhir di ujung timur Jawa – pun berhasil dikuasainya.
Di masa kekuasaannya, muncul seorang pemuda bernama Jaka Tingkir, putra Ki Ageng Pengging – tokoh yang pernah dituduh memberontak dan dihukum mati -, yang justru datang mengabdi ke Demak. Kepiawaian Jaka Tingkir dalam olah keprajuritan berhasil memikat hati Sultan Trenggana yang kemudian mengangkatnya sebagai menantu sekaligus diangkat sebagai Bupati Pajang dengan nama Hadiwijaya.
Sultan Trenggana meninggal di tahun 1546 dan digantikan oleh Sunan Prawoto. Namun proses suksesi ini tidak berjalan mulus. Perang saudara dan perebutan kekuasaan yang menyertainya bahkan belakang berujung pada keruntuhan Kesultanan Demak. Bermula di tahun 1549 dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh kaki tangan Arya Penangsang, Bupati Jipang, Ia adalah putra Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggana yang terbunuh dalam perebutan kekuasaan pasca mangkatnya Pangeran Sabrang Lor di tahun 1521. Untuk merebut tahta kekuasaan di Demak, Kaki tangannya juga membunuh Pangeran Hadiri, menantu Sultan Trenggana yang menjabat Adipati Jepara. Mereka juga berupaya untuk membunuh Hadiwijaya, namun berhasil digagalkan.