Bagaimana kisah pengadilan Yesus?​

Posted on

Bagaimana kisah pengadilan Yesus?​

Jawaban:

Jauh sebelum akhir hidup Yesus telah terjadi konflik dengan para pemimpin agama Yahudi — mengenai *Sabat dan *mukjizat-mukjizat *kesembuhan (Mrk. 3:6). Jebakan-jebakan dibuat untuk Yesus, maka tidak mengherankan untuk membaca bahwa perlawanan terhadap-Nya memuncak di Yerusalem, setelah Yesus memasuki kota itu dengan dukungan rakyat (Mrk. 11:15). Menurut Injil-injil, setelah tempat-Nya dibocorkan oleh Yudas, Yesus ditangkap dan diadili oleh *Sanhedrin dan dihukum mati. Kemudian diadakan suatu pengadilan kedua di hadapan Gubernur Romawi, karena orang Yahudi sebagai bangsa jajahan tidak berhak menjatuhkan hukuman mati. Dan *Pontius Pilatus menyetujui keinginan para pemimpin Yahudi, dan *menghukum mati Yesus. Yesus mati menurut cara pelaksanaan hukuman Romawi, yaitu *disalibkan (Mrk. 15:24-37). Historisitas cerita-cerita Kitab-kitab Injil ini diragukan, terutama oleh para ahli Yahudi. Mereka beranggapan bahwa para *penginjil bersalah menempatkan kebencian Gereja Kristen terhadap *sinagoga ke dalam cerita kehidupan Yesus. Mereka menyatakan bahwa pengadilan di depan Sanhedrin itu dikarang untuk melimpahkan kesalahan atas kematian Yesus itu kepada orang Yahudi. Fakta sejarahnya adalah bahwa Yesus dihukum mati oleh pemerintah Romawi sebagai pengganggu ketenteraman umum. Cerita tentang pengadilan pada malam hari (Mrk. 14:53-64) tidak dapat dipercaya — sedangkan Lukas menyadari bahwa hal itu tidak masuk akal dan mencatat kejadiannya adalah pada siang hari (Luk. 22:66); mungkin Lukas menggunakan tradisi yang lain. Diragukan juga pernyataan bahwa orang Yahudi harus menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi, karena mereka tidak berhak melaksanakan hukuman mati (Yoh. 18:31).rnyataan bahwa orang Yahudi harus menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi, karena mereka tidak berhak melaksanakan hukuman mati (Yoh. 18:31). Pada lain pihak, cerita Injil-injil itu dibenarkan oleh pandangan bahwa suatu pengadilan pendahuluan di depan Sanhedrin cocok dengan prosedur Romawi di lain tempat. Adalah keterampilan diplomasi Imam Besar Yahudi untuk menyatukan berbagai aksi dalam Sanhedrin untuk mencapai satu keputusan kesalahan yang utuh. Tuduhan penghujatan dapat didasarkan pada Ul. 13:5; dan seorang nabi palsu harus dihukum mati. Semua ini kemudian diberlakukan ulang melalui bahasa politik (Luk. 23:2) dan Pilatus menyetujui desakan orang Yahudi. Bahwa para penguasa Yahudi sendiri tidak berhak menjatuhkan hukuman mati (Yoh. 18:3 1) di bawah pemerintahan Romawi dibenarkan oleh *Misnah. Dan ini tidak ditiadakan oleh kematian *Stefanus (Kis. 7:5 7) yang lebih merupakan suatu pembantaian tanpa pemeriksaan daripada suatu pelaksanaan pengadilan secara hukum. Tidak dapat disangkal bahwa Injil-injil, dari Markus melalui Matius sampai Yohanes, memperlihatkan kecenderungan membebaskan Pilatus dari kesalahan dan memberatkan tanggung jawab orang Yahudi (mis. Mat. 27:24), tetapi fakta dari pengadilan di depan Sanhedrin dan di depan Pilatus dapat dipertahankan. Injil Yohanes menggantikan cerita pengadilan di depan Sanhedrin dengan cerita penyidikan di depan *Hanas, yaitu Imam Besar sampai ia diberhentikan tahun 15 M, dan menantunya *Kayafas yang adalah Imam Besar aktif pada waktu itu (Yoh. 18:12-28). Dalam bagian ini juga diceritakan tiga kali penyangkalan *Petrus. bnd. Mrk. 14:66-72. Secara historis pengisahan Yohanes mengenai pengadilan Yesus ini kurang mungkin. Tidak ada alasan mengapa mantan Imam Besar, yaitu Hanas, harus bertindak sebagai penuntut umum. Dan Yoh. 18:12 dst. menguraikan bahwa tidak ada saksi-saksi yang memberi kesaksian, yang menjadikan pengadilan itu melanggar hukum. Mungkin Yohanes memindahkan cerita percakapan di depan Sanhedrin itu ke pasal 10 untuk menyatakan puncak dari pernyataan diri Yesus. Dalam Injil Lukas dikemukakan (Luk. 23:6-16) bahwa Pilatus membawa perkara soal Yesus itu kepada Herodes untuk mendengar pendapatnya, tetapi Herodes tidak mempunyai hak yang sah untuk didengarkan pendapatnya. Karena itu, bila hal ini dalam cerita penderitaan Yesus benar, maka mungkin itu tidak lebih daripada upaya rekaan Pilatus untuk mengubah pandangan Herodes atas hal yang disinggung dalam Luk. 13:1).

Penjelasan: