Bagaimana masyarakat kerajaan Angkor membina Angkor Thom
Angkor Thom adalah ibukota kerajaan Khmer, kerajaan
Hindu-Budha yang ebrada di wilayah Kamboja saat ini. Ibukota ini dibangun oleh
raja Jayawarman VII yang memerintah pada tahun 1181–1218. Kota ini dibangun
setelah raja Jayawarman VII berhasil merebut kembali wilayah Khmer dari
kerajaan Champa yang sebelumnya menguasai kerajaan khmer dan ibukota lama
Yasodhapura. Kota Angkor Thom ini dibangun diatas reruntuhan Yasodhapura dan
terletak tak jauh dari kuil terbesar kebudayaan Khmer, Angkor Wat.
Angkor Thom dalam bahasa Khmer (bahasa Kamboja) berarti “Kota
Agung”. Kota ini dibangun di tepi sungai Siem Reap, yang merupakan sungai yang
bermuara di danau Tonle Sap, di lembah Sungi Mekong.
Kota Angkor Thom ini ditata dan dibangun dalam bentuk
persegi, dengan lebar sisi sekitar 3 kilometer, dan dikelilingi tembok kota
dari batu setinggi 8 meter. Parit dengan lebar 100 meter mengitari tembok kota
sebagai perlindungan daris erangan musuh.
Kerajaan Khmer membangun saluran air untuk mengalirkan air
sungai dan menampung air hujan, sehingga kota Angkor Thom ini dapat mendukung
pertanian dalam jumlah besar dan dapat menampung hingga 100 ribu orang penduduk
pada masa kejayaannya.
Pada masa ini agama Buddha Mahayana menjadi aliran yang
dominan di kerajaan Khmer dan di Angkor Thom banyak dibangun kuil agama Buddha
seperti Bayon, Phimeanakas, dan Baphuon.
Kota Angkor Thom ini jatuh dan hancur setelah serangan
kerajaan Ayutthaya (Thailand) yang dipimpin oleh raja Borommarachathirat II,
yang membuat kerajaan Khmer harus memindahkan ibukotanya.