Bentuk bentuk perlawanan sisingamangaraja
Sisingamangaraja XII (Pantuan Besar Ompu Pulo Batu) merupakan salah satu sosok Tokoh Pahlawan Nasional yang berjuang di daerah Sumatra. Sebagai pemimpin kerajaan masyarakat Batak, beliau adalah sosok yang sangat berkontribusi besar dalam upaya membela tanah Batak melawan penjajahan Belanda saat Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun (1878-1907).
Ada 2 alasan mengapa Sisingamangaraja XII melakukan perlawanan terhadap Belanda di Sumatra, diantaranya :
1. Adanya upaya kristenisasi yang dilakukan oleh Belanda dimana upaya ini dikhawatirkan mampu menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun, dan
2. Adanya keinginan Belanda untuk menguasai seluruh tanah Batak.
Untuk mencegah jatuhnya tanah Batak di tangan Belanda, Sisingamangaraja XII melakukan berbagai bentuk perlawanan, antara lain :
1. Melakukan kampanye keliling daerah-daerah guna menghimbau agar masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen kepada penduduk.
2. Mengusir para zending.
3. Melakukan penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-pos zending.
4. Melakukan perlawanan terhadap gerakan pasukan Belanda di Bahal Batu.
5. Mempersiapkan benteng pertahanan berupa benteng alam di dataran tinggi Toba dan Silindung.
6. Mempersiapkan benteng pertahanan berupa benteng buatan di perkampungan.
7. Menyerang dan menyergap berbagai pos Belanda yang ada di tanah Batak
8. Juli 1889 Sisingamangaraja XII kembali angkat senjata melawan ekspedisi Belanda di Huta Puong.
9. Sisingamangaraja XII bersama putera-puteranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi beserta sisa prajuritnya melakukan perlawanan terakhir di Aik Sibulbulon daerah Dairi.
Hasil akhir perlawanan Sisingamangaraja XII
Pada akhirnya, hasil perlawanan yang dilakukan Sisingamangaraja XII beserta segenap masyarakat Batak mengalami kekalahan. Taktik licik yang dilakukan Belanda dengan upaya menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII dan dua anaknya, menyebabkan Sisingamangaraja XII mengalami beban psikologi yang berat. 17 Juni 1907 Sisingamangaraja XII meninggal dalam perlawanan terakhirnya di Aik Sibulbulon (Dairi) karena tertembak timah panas tepat di dadanya. Kedua putra dan seorang putrinya ikut gugur di tangan Belanda. Dengan begitu usailah Perang Batak.