Buatlah sebuah teks fantasi yang sinkat
Jawaban:
Sahabatku Malaikat
“Sausan!” teriakku pada Sausan. ia menoleh. Kuhampiri dia
“Hari ini cerah, kicauan burung pagi yang merdu membuatku senang..” Kata Sausan.
“Iya kau benar Sausan” Kataku.
Hai, Aku SherinaAliskha. cukup panggil aku Sher.
Aku dan Sausan telah 1 minggu bersahabat. dia murid baru yang cantik, baik hati, pintar, dan imut. Rambutnya bewarnacoklat diikat dua setiap hari. Dia selalu mengatakan hal yang sama seperti tadi. Aku dan Sausan bermain setiap sore di rumahku. Namun, ketika kuajak bermain ke rumahnya, dia menolak katanya rumahnya jauh. Aku mengerti, mungkin dia takut ibunya marah atau semacamnya.
Jam istirahat…
“Sausan, ayo ke kantin!” seruku.
“Terima kasih, aku tidak lapar..” katanya. Aku menghampirinya.
“Sausan, ada apa?” tanyaku. Kupegang tangannya ia begitu dingin, tak seperti biasanya.. Wajahnya begitu pucat.
“Sausan?” tanyaku lagi.
Ia berhenti bernafas, aku kaget.
“Sausan!!, tolong! teman-teman! bantu Sausan!!” aku berteriak kencang. Sausan pun pingsan. Kami membawanya ke klinik sekolah.
2 jam kemudian…
“Tidak!! jangan Sausan!!” Aku berteriak histeris. Sausan telah meninggalkanku. “Tidak!!!”
Aku terbangun dari mimpiku, untung itu hanya mimpi. Aku pergi ke luar lalu ke rumah Sausan diam-diam.
Saat sampai…
Rumahnya begitu sepi.. tak ada seorang pun… “Sausan!, Sausan!” teriakku. Aku pergi ke halaman belakang Sausan. Kulihat batu nisan bertuliskan nama Sausan. Aku tercegang begitu kaget. Aku pun pulang lari bergitu cepat.
Di sekolah…
“Kamu kenal sama Sausanga?” tanyaku pada Mella temanku.
“Dia udah pergi, udah ke alam sana..” jawab Mella. kukira kemarin mimpi tapi… nyata..
Lalu siapa yang bersamaku 1 minggu yang lalu? Apa itu arwah Sausan?
Sesampainya di rumah… kuceritakan semua pada ibu
“Bu.. Sausan..” gumamku sedih.
“Iya.. dia meninggal 7 tahun yang lalu..” jelas ibu.
“Apa? lalu siapa yang bersamaku semasa 1 minggu yang lalu bu?” tanyaku.
“Dialah Sausan.. dia malaikat yang bersamamu..” jawab ibu.
Aku pun pergi ke tempat Sausan berbaring tenang. Aku berdoa agar ia Tenang di alam sana… Dan aku tahu itulah akibatnya Sausan menolak bermain di rumahnya.. TerimakasihSausan…
Penjelasan:
Jawaban:
BANTUAN YANG TAK TERDUGA
(masuk paragraf) Galih mengamati gerbang sekolahnya dengan hati-hati dari balik dinding kelas I. Sudah setengah jam ia berdiri di situ, menunggu semua temannya tak tampak di gerbang sekolah. Sepertinya sudah sepi, pikirnya. Dengan menghela napas panjang, ia berjalan cepat ke arah gerbang.
"Hei! Kok baru keluar, Lih?" tanya Arkan tiba-tiba dari balik dinding sebelah gerbang.
"Aku piket dulu tadi," kata Galih dengan terbata-bata.
"Piket atau piket? Yang lainnya sudah keluar dari tadi lho," kata Riwu menggoda.
(masuk paragraf) Galih terdiam. Dadanya berdegup kencang.
"Lih, mana janjimu?" tanya Naufal sambil mendekati Galih. Arkan dan Riwu pun berdiri mendekati Galih.
"Janji apa? Aku tidak pernah janji apa-apa!" kata Galih.
"Kamu sudah berjanji akan memberikan kami uang sepuluh ribu setiap hari Jumat," kata Riwu.
"Aku bilang aku tidak bisa. Uang darimana? Ibuku hanya memberiku sangu 3000 per hari," kata Galih marah.
"Bisa tidak bisa, harus bisa!" kata Naufal yang berbadan besar sambil mendorong lengan Galih.
(masuk paragraf) Galih terdorong ke dinding gerbang. Ia tidka harus bagaimana menghadapi ketiga temannya yang bertubuh lebih besar daripadanya. Ia menatap sekeliling. Sekolah telah sepi. Percuma jika ia berteriak meminta tolong.
"Ayo, Lih! Mana uangnya!" paksa Arkan sambil memegang kerah baju Galih.
(masuk paragraf) Galih memejamkan mata. Ia tidak punya uang sebanyak itu. Ia pun tidak mungkin meminta ibunya yang hanya berpenghasilan cukup untuk makan mereka saja. Galih berdoa di dalam hati, semoga ada yang membantunya.
(masuk paragraf) Duuuughhh! Tiba-tiba saja terdengar suara keras dari samping kanan Galih. Galih membuka matanya. Di depannya telah berdiri tokoh yang baru saja dibaca bukunya semalam: Wiro Sableng. Dengan ikat kepalanya yang putih dan pakaian putih yang dipakainya, ia yakin dia pasti Wiro Sableng. Belum lagi kapak bertuliskan 212 yang terselip di pinggangnya.
"Bocah cilik kok sudah jadi preman! Besarnya mau jadi apa?!" kata Wiro Sableng tegas.
(masuk paragraf) Arkan, Riwu, dan Naufal berjalan mundur ketika melihat Wiro Sableng yang tampak sangat gagah dan berwibawa.
"Pulang sana! Belajar yang benar! Biar jadi orang yang berguna, bukan jadi preman!" kata Wiro Sableng dengan keras.
(masuk paragraf) Mereka bertiga pun berlari sekencang-kencangnya menjauh dari Galih dan Wiro Sableng. Galih dengan pelan-pelan menarik lengan baju putih Wiro Sableng.
"Wi..wiro Sa..sableng?" kata Galih terbata-bata.
"Kamu juga! Belajar yang giat dan jadi anak yang berani. Biar tidak dikompas sama teman-temanmu!" kata Wiro Sableng sambil berjalan ke arah berlawanan dengan larinya Arkan, Riwu, dan Naufal. Dan menghilang setelah sepuluh langkah
Penjelasan:
semoga membantu