Carilah Carita tentang kebisinga
Langkah kakiku dengannya memang tidak seirama. Kadang aku terlalu cepat atau aku terlalu lambat. Silih berganti.
Namun tidak dengan pikiranku dan pikirannya. Begitu cepat terkoneksi melalui obrolan minim diksi. Tapi bagiku sangat berarti.
Beberapa kali langkah kami terhenti. Untuk aku dan dia sekedar menikmati kebisingan dan kegemerlapan yang dipancarkan kota ini.
Kami kadang terdiam sesaat. Mungkin sambil tersenyum kecil dengan pandangan mata yang tidak terarah. Namun, sesekali bertemu pandang.
Suara tawaku dengannya tentu saja kalah dengan kecerewetan deru mesin yang bergerak dinamis di jalanan sekitar.
Sesekali terlihat penjaja kopi keliling menghampiri. Namun saat itu pembicaraan kami masih tetap terasa hangat, tanpa campur tangan hangatnya kopi yang ditawarkan olehnya.
Kami bicara tentang mimpi, tentang masa depan yang hanya masih dalam bentuk angan.
Sembari berpikir dalam kepala kami masing-masing. Sebuah pertanyaan yang mungkin menyebalkan:
Adakah kehadiranmu di masa depanku nanti?