Kanyéré kapipir-pipir.
Lalaki ambon sorangan,
Awéwé teu mikir-mikir
Cau ambon dikorangan,
Kalimat atau kata-kata di atas adalah satu bait dari sebuah sisindiran. Sisindiran adalah serupa atau mirip seperti pantun dalam sastra Indonesia. Di bawah ini disebutkan lagi bait dari sisindiran di atas:
Cau ambon dikorangan,
Kanyéré kapipir-pipir.
Lalaki ambon sorangan,
Awéwé teu mikir-mikir
Sisindiran tersebut di atas adalah sisindiran jenis paparikan dengan isi berupa humor. Ada tiga jenis sisindiran, yaitu yang disebut paparikan, rarakitan dan wawangsalan. Dilihat dari maksud atau isinya, ada sisindiran yang isinya berupa humor, ada sisindiran yang isinya berupa kasih sayang, dana ada juga sisindiran yang isinya berupa petuah. Dalam satu bait paparikan dan rarakitan ada empat baris. Sedangkan dalam satu bait wawangsalan hanya ada dua baris. Dalam sisindiran ada bagian yang disebut kulit dan ada bagian yang disebut isi.
Dalam paparikan, baris pertama dan baris kedua merupakan kulit, baris ketiga dan baris keempat merupakan isi. Sedangkan dalam wawangsalan, baris pertama merupakan kulit, baris kedua merupakan isi. Dalam satu baris sisindiran ada delapan suku kata. Jika melihat sisindiran di atas, seperti telah disebutkan, sisindiran tersebut adalah jenis paparikan dengan isi berupa humor.
Isi dari sisindiran tersebut adalah baris ketiga dan baris keempat. Arti dari kata-kata "Lalaki ambon sorangan" adalah "Yang lelaki bertepuk sebelah tangan". Sedangkan "Awewe teu mikir-mikir" artinya "Yang perempuan tidak mikirin". Jadi, sebetulnya isi dari sisindiran tersebut bisa berupa humor atau kasih sayang yang menceritakan tentang keadaan hubungan cinta sepasang lelaki dan perempuan.