Ceramah singkat tentang cinta tanah air
Suatu hari akan diadakan kemping di leuwi kancra, kabarnya nanti akan ada acara jurit malam. Uh.. Mendengarnya saja aku sudah takut apalagi nanti ya? Oh ya, sebelumnya perkenalkan namaku Iqlima Rodhin kelas V Said Bin Zaid. Yuk, lanjut lagi ke ceritaku.
“Eh, Riva nanti gimana ya acara jurit malamnya?” Tanyaku pada Riva.
“Nggak tau deh tapi nanti katanya guru-guru bakal nyamar jadi hantu.” Jawab Riva.
“Ih.. Nanti serem nggak ya? Habis nanti nggak boleh bawa senter.” Seruku.
“Ya.. Kita berdoa aja, semoga enggak terjadi apa-apa.” Ujar Haditsah.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami mulai membuka acara dengan upacara pembukaan. Kami membagi-bagi tugas ada yang mendirikan tenda, mencari air, buat parit, buat rak sepatu, buat tempat cuci piring dan lain lain. Aku kebagian buat parit, ih sebel buat parit ternyata lama juga ya!
“Iq, udah selesai belum buat paritnya?” Tanya Riva padaku
“Belum nih, lama buatnya..!!” Keluhku pada Riva.
“Ya udah kita pinjam cangkul sekalian minta tolong buat parit hehe.” Ujar Riva. “Oh iya, kenapa aku nggak kepikiran ya?” Ujarku seraya pergi mencari cangkul.
Akhirnya semua tugas telah selesai, kami pun bergegas mengikuti kegiatan pramuka. Mulai masak, jajan, nyuci piring dsb. Sampai akhirnya kami membuat api unggun besar sambil melancarkan atraksi-atraksi yang lain. Akhirnya tiba giliran kami, kami sepakat untuk menampilkan yel-yel.
“Edelwise itu kelompokku, edelwise bunga yang abadi, kau dan aku sahabat seperti edelwise, abadi… Edelwise, edelwise, smart, be happy, beautiful and chareful.” Kami menyanyikan yel-yel dengan kompak.
Sampai akhirnya giliran ikhwan kelas kami yang tampil. Mereka tampil seperti cherleders gitu loh, bikin tumpukan sampai ada yang di puncak mainin semaphore. Tapi belum lama setelah itu kolaborasinya berantakan, soalnya pada jatuh. Sontak hal itu membuat kami semua tertawa. Ada-ada aja ya ikhwannya.
Lalu ikhwannya tampil lagi, kali ini mereka membuat terowongan. Beberapa ikhwan yang lain harus bisa lewat terowongan ini dengan loncat.. Hahaha seru sekali kan. Sampai akhirnya di puncak acara kami bakar jagung sambil nyemil-nyemil.
“Eh.. Seru banget ya kempingnya!!” Ujar Haditsah.
“Iya seru banget..!!” Ujar kami serempak.
“Eh.. Nanti jurit malamnya gimana ya?” Tanya Zahira.
Kami semua seketika terdiam.
Uhh, nggak bisa tidur nyebelin banget. Padahal kan sudah jam 11 nanti dibangunin jam 2. Loh kok kayak ada orang makan ya? Ku lihat sekelilingku dan melihat Rahmi, Ica dan Dita makan.
“Ya ampun… Dita jam segini kok masih makan?” Seru Zahira tiba-tiba.
“Habis, nggak bisa tidur ra, ya kan mi, cha?” Tanya Dita minta persetujuan. “Iya tuh bener.” Jawab Rahmi dan Icha.
“Ssstt.. Udah yuk tidur nanti nggak bisa bangun loh.” Ujarku.
Kami pun tertidur sampai akhirnya jam 2 pun tiba. Aku dibangunkankan oleh Haditsah. Kami pun shalat tahajud dan kembali ngobrol-ngobrol. Sambil menunggu giliran kami tiba soalnya kelas 6 dulu, kalau kakak kelas 6 sih sendiri-sendiri mana sambil nggak bawa senter lagi! Ku dengar teriakan kakak kelas yang ketakutan, kami semua merinding. Sampai akhirnya giliran kami tiba.
“Ayo sekarang akhwat kelas V bawa senternya satu aja ya!” Ujar Guruku.
Mendengar hal itu salah seorang temanku menyembunyikan senter kecilnya. Sampai kemudian agak jauh dari tempat semula, senter yang disembunyikan dinyalakan. Aku di bagian paling belakang. Habis pada nggak berani sih! Ku lihat ada sesuatu yang bergerak di atas pohon, langsung saja ku arahkan senterku ke arah itu.
“Ha.. Pak Yoki ketauan!!” Seru kami semua setelah melihat seseorang yang pakai sarung kaya pencuri.
“Curang nih bawa senternya dua!!” Seru Pak Yoki.
Kami dengan serempak tertawa. Setelah itu satu-persatu hantu yang ada kami temukan sampai akhirnya kami tiba di pos 2.
Haha sungguh menyenangkan selama perjalanan karena kami selalu saja menemukan hantu-hantu yang ada.
“Nah sekarang bapak mau nanya bagaimana bukti kalian cinta tanah air?” Tanya Pak Syatir.
“Ehmmm.. Nggak tau deh pak?!” Ujar kami serempak. “Katanya kalian cinta tanah air kan? Coba kalian cium tanah sekarang cepat!!” Seru Pak Syatir.
Dengan enggan kami pun mencium tanah. Tiba-tiba…
“Bodoh kalian semua cinta tanah air itu bisa kalian tunjukkan dengan cara menyukai produk dalam negeri, belajar sungguh-sungguh dan sebagainya! Bukan seperti itu.!” Seru Pak Syatir.
Kami pun diam seketika.. Yah.. Apa boleh buat nasi telah menjadi bubur. Lain kali kami berjanji dalam hati agar hal itu tak terulang lagi. Masa sih nanti kami harus mencium tanah lagi?!