Cerita keragaman di lingkungan sekitar

Posted on

Cerita keragaman di lingkungan sekitar

Keberagamaan seseorang punya logika dan alur pikir masing-masing. Tidak mungkin begitu saja disalahkan, atau bahkan sekedar dikomentari berbedaannya. Ini tentu yang unik. Sebab dengan landasan itu tiap kelompok orang punya kegiatan sendiri-sendiri.

Misal untuk orang-orang penganut kepercayaan bagaimana ritual yang dilakukan untuk memuja Tuhan, bagimana cara menghormati arwah leluhur, serta juga bagaimana proses-proses kehidupan lahir-nikah-mati. Di sini tak lepas dari sesaji berupa bunga, kadang juga aneka makanan-minuman dan perlengkapan lain.  Upacara dan ritual yang berbeda dilakukan umat beagama Kristen Protestan, Katoli, Hindu, Budha, Islam, bahkan Konghuchu.

Kemudian juga kepercayaan kepada zat Tuhan. Manusia diberi bekal akal untuk mencari siapa dan bagaimana Tuhan, ada yang mendapatkannya secara turun-temurun, ada yang dari usaha sendiri (dalam bahasa jawa disebut laku, misal puasa sekian puluh hari dengan syarat ini dan itu), dan tentu ada yang dari kitab suci yang dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah dan India maupun dari Bangsa Eropa.

Proses turun-temurun dari generasi awal ke generasi berikutnya pada iap penganut kepercayaan maupun agama memunculkan pemahaman dan praktek baru, dan bahkan banyak diantaranya yang mengaku hanya percaya Tuhan tapi tidak melakukan praktek keberagamaan tertentu. Bahkan ada juga  yang terpengaruh faham tidak percaya adanya tuhan, yaitu komunis dan atheis.