Cicero menyatakan Sejarah adalah Guru Kehidupan. Kalimat tersebut mengarah pada …..
Penjelasan:
Historia Vitae Magistra / Sejarah adalah
guru kehidupan", sebuah kata filosofis yang
dikemukakan oleh seorang filsuf Romawi
bernama Cicero, (106 – 43 SM). Ungkapan
tersebut terasa sangat penting, karena
dari sejarah hidupnyalah manusia dapat
belajar. Belajar dari segala kekurangan dan
kelemahan masa lalu untuk perbaikan diri
dimasa datang. Dalam kehidupan sosial,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
founding father Negara Kesatuan Republik
Indoesia, Proklamator Ir. Soekarno, juga
mengingatkan bahwa " Never leave history ;
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.
Demikian prolog yang disampaikan oleh Prof.
Dr. Hasan Asari, M.A, dihadapan 800 ratus
mahasiswa FKIP Universitas Riau Kepulauan,
yang menghadiri seminar ini.
Penjelasan:
Sejarah adalah Guru Kehidupan dan Pesan dari Masa Silam
• Aktualisasi Spirit Budaya Dayak: Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi
Roedy Haryo Widjono AMZ
• Nomaden Institute for Cross Cultural Studies
Pengantar
• Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis
Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.
Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam” (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.
Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.