Ciri khas lainnya dalam organisasi NU adalah gaya kepemimpinan
Ciri Khas Nahdlatul Ulama
Ciri khas NU yang membuatnya berbeda dengan organisasi sejenis lainnya adalah ajaran keagamaan NU tidak membunuh tradisi masyarakat bahkan tetap memeliharanya yang dalam bentuknya yang sekarang merupakan asimilasi antara ajaran Islam dan budaya setempat. Ciri khas yang satu ini juga lebih unik bagi warga nahdliyyin ulama merupakan maqam tertinggi karena diyakini sebagai waratsatul anbiya’.
Ulama tidak saja sebagai panutan bagi masyarakat dalam hal kehidupan keagamaan tetapi juga diikuti tindak tanduk keduniannya. Untuk sampai ke tingkat itu selain menguasai kitab-kitab salaf Alquran dan hadis harus ada pengakuan dari masyarakat secara luas. Ulama dengan kedudukan seperti itu dipandang bisa mendatangkan barakah. Kedudukan yang demikian tingginya ditandai dengan kepatuhan dan penghormatan anggota masyarakat kepada para kiai NU. Persaudaraan di kalangan nahdliyyin sangat menonjol.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa dengan nilai persaudaraan itu NU ikut secara aktif dalam membangun visi kebangsaan Indonesia yang berkarakter keindonesiaan. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan NU bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bentuk final dari perjuangan kebangsaan masyarakat Indonesia. Komitmen yang selalu dikembangkan adalah komitmen kebangsaan yang religius dan berbasis Islam yang inklusif.
Ciri menonjol lainnya adalah bahwa komunikasi di dalam NU lebih bersifat personal dan tentu sangat informal. Implikasi yang sudah berjalan lama menunjukkan bahwa performance fisik terlihat santai dan komunikasi organisasional kurang efektif. Dengan demikian kebijakan-kebijakan organisasi seringkali sulit mengikat kepada jamaah. Jamaah seringkali lebih taat kepada kiai panutannya daripada taat kepada organisasi.
Penjelasan:
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan (jam’iyah diniyah islamiah) yang berhaluan Ahlu Sunnah wal-Jamaah. Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 oleh K.H. Hasyim Asy’ari beserta para tokoh ulama tradisional dan usahawan di Jawa Timur. Sejak awal K.H. Hasyim Asy’ari duduk sebagai pimpinan dan tokoh agama terkemuka di dalam NU. Tetapi tidak diragukan bahwa penggerak di balik berdirinya organisasi NU adalah Kiai Wahab Chasbullah putra Kiai Chasbullah dari Tambakberas Jombang.
Pada tahun 1924 Kiai Wahab Chasbullah mendesak gurunya K.H. Hasyim Asy’ari agar mendirikan sebuah organisasi yang mewakili kepentingan-kepentingan dunia pesantren. Namun ketika itu pendiri pondok pesantren Tebu Ireng ini K.H. Hasyim Asy’ari tidak menyetujuinya. Beliau menilai bahwa untuk mendirikan organisasi semacam itu belum diperlukan. Baru setelah adanya peristiwa penyerbuan Ibn Sa’ud atas Mekah beliau berubah pikiran dan menyetujui perlunya dibentuk sebuah organisasi baru. Semangat untuk merdeka dari penjajahan Belanda pada waktu itu dan sebagai reaksi defensif maraknya gerakan kaum modernis (Muhammadiyah dan kelompok modernis moderat yang aktif dalam kegiatan politik Sarekat Islam) di kalangan umat Islam yang mengancam kelangsungan tradisi ritual keagamaan khas umat Islam tradisional adalah yang melatarbelakangi berdirinya NU.
JGN LUPA JADIKAN JAWABAN TERCERDAS YA....