Contoh petanda apa yah?
Konsep Petanda dan Penanda
Ferdinand de Saussure, yang secara umum diakui sebagai tokoh yang meletakan dasar ilmu bahasa modern. Dalam Cours de Linguistique Generaleyang diterbitkan oleh murid-muridnya (1916) setelah De Saussure meninggal, diuraikan dengan panjang-lebar bahwa bahasa adalah sistem tanda, dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain:signifiant (penanda) dan signifie(petanda), signifiant adalah aspek formal atau bunyi pada tanda itu, padahalsignifie adalah aspek kemaknaan atau konseptual; tetapi signifiant tidak identik dengan bunyi dan signifie bukanlahdenotatum, jadi hal atau benda dalam kenyataan yang diacu oleh tanda itu, secara kongkrit tanda burung tidak sama dengan bunyi fisik dan tidak pula dengan binatang dalam kenyataan. Dapat dikatakan bahwa aspek tandanya dilaksanakan lewat bentuk bunyi fisik, sedangkan sebagai tanda kata burungdapat dipakai untuk mengacu pada sesuatu dalam kenyataan, tanda memang terdiri dari aspek formal dan konseptual yang merupakan dwitunggal, tetapi kedua aspek itu mempunyai status mandiri terhadap bunyi nyata atau benda atau gejala dalam kenyataan, fungsinya sebagai tanda berdasarkan konvensi sosial.
De Saussure membicarakan beberapa aspek tanda yang khas: tanda adalah arbitrer, konvensional dan sistematik. Arbitrer berarti bahwa dalam urutan bunyi b-u-r-u-n-g itu sendiri tidak ada alasan atau motif untuk menghubungkannya dengan binatang yang dapat terbang. Kombinasi tertentu antara aspek formal dan konseptual sebenarnya berdasarkan konvensi yang berlaku antara anggota masyarakat bahasa tertentu; yang disebut burung oleh orang Indonesia disebut bird oleh orang berbahasa Inggris, vogel oleh orang Belanda, atau manuk oleh orang Sunda.
Hal yang juga penting sifat sistematiknya tanda bahasa dengan contoh sederhana: pemanfaatan aspek bunyi dalam setiap bahasa menunjukan sistem yang cukup ketat dan teratur, yang pertama-tama berdasarkan prinsip oposisi: misalnya dalam aspek bunyi kemungkinan fonetis yang tersedia bagi manusia tidak terpakai sembarangan, tetapi menurut kaidah yang jelas, dan dari keseluruhan potensi bunyi hanya sebagian kecil saja dipakai untuk sebuah bahasa: burung, dapat dipertentangkan dengan kurung, urung, dan seterusnya, dengan busung, bulung, dan seterusnya, dan dengan buruk, buruh, dan seterusnya; demikianlah sejumlah oposisi antara bunyi yang biasanya dalam ilmu bahasa disebut fonem dalam bahasa Indonesia dimanfaatkan untuk membedakan kata-kata, sistem bunyi itu berdasarkan konvesi dan seleksi yang terbatas dan berbeda menurut bahasa. Tetapi sistematik tidak hanya terdapat pada aspek formal, aspek konseptual pun menunjukkan sistematik yang jelas dan instrinsik, makna kata burungbertentangan dengan kata unggas, ikan, hewan, binatang, manusia, dan lain-lain.
Semua sistem tanda, termasuk bahasa yang merupakan sistem tanda yang paling kompleks dan mendasar untuk komunikasi antar manusia, dari segi tertentu dapat kita bandingkan dan teliti bersama-sama, ilmu pengetahuan yang bertugas untuk meneliti berbagai sistem tanda oleh De Saussure disebut semiologi, atau ilmu tanda (dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda). Semiotik atau semiologi sebagai ilmu tanda menjadi makin populer dan makin luas bidangnya, karena melingkupi tidak hanya ilmu bahasa dan sastra tetapi juga aspek atau pendekatan tertentu dalam ilmu seni (estetik), antropologi budaya, filsafat, dan lain lagi.