dasar apa yang ditemukan sejarawan Indonesia Sartono kartodirdjo bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-11 jelaskan​

Posted on

dasar apa yang ditemukan sejarawan Indonesia Sartono kartodirdjo bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-11 jelaskan​

Jawaban:

Sartono Kartodirdjo, Guru Utama Sejarawan Indonesia

sejak haluan riset Sartono berubah total. Tak mengecewakan mengurai peristwa Perang Wasid dari awal hingga surutnya, ia juga melacak musababnya hingga jauh ke belakang. Sartono membuktikan bahwa pemberontakan 1888 itu adalah buah dari konfontasi panjang antara elite kolonial dan rakyat biasa.

“Peristiwa itu merupakan manisfestasi sikap protes atau penolakan terhadap macam modernisasi, sistem, segala fiskal, kesehatan, dan lain sebagainya. Telah berkali-kali rakyat melakukan protes terhadap penarikan pajak, antara lain pajak kepala dan pajak pasar. Penetrasi pengaruh pangreh praja 'gupermen' Hindia Belanda mengancam kedudukan para ulama yang penuh kekuasaan karismatis itu," terang Sartono dalam bunga rampai Sejak Indische sampai Indonesia

Memilih jadi Sejarawan daripada Dokter

Aloysius Sartono Kartodirdjo lahir di Wonogiri pada 15 Februari 1921 sebagai bungsu dari tiga bersaudara. Bapaknya, Tjitrosarojo yang merupakan pegawai jawatan pos, adalah tipikal orang tua yang peduli pada pendidikan anaknya. Dengan memasukkan Sartono ke sekolah Belanda, Tjitrosarojo berharap anaknya kelak bisa jadi dokter.

Namun Sartono menolak dorongan ayahnya dengan alasan takut darah. Rupa-rupanya pertautan Sartono dengan sejarah—dunia keilmuan yang kemudian ia geluti sepanjang hayat—justtru lebih kuat. Sepengakuan Sartono sendiri, ia mulai merasakan pertautan itu sejak belia. Saat duduk di kelas 3 HIS—setingkat sekolah dasar—ia pernah mengamati Candi Borobudur dan tinggal satu bulan di sana.

"Sendirian saya jelajahi Borobudur, saya duduk menikmati pemandangan dari atas candi, menyaksikan sungai, bukit, sawah-sawah…," kenang Sartono sebagaimana tersua dalam wawancara bertajuk “Lebih Jauh Dengan: Prof Dr Sartono Kartodirdjo" yang terbit di harian Kompas ( 18 Februari 2001).

Pertautan itu kian kuat manakala Sartono beroleh nilai sempurna untuk mata pelajaran sejarah dalam ujian akhir MULO—setingkat sekolah menengah. Meski begitu, ia tak lantas langsung menggeluti ilmu sejarah selepas itu. Sartono memilih melanjutkan sekolah calon bruder dan kemudian bekerja sebagai guru sejak 1941.

Sartono yang mangkat pada 7 Desember 2007, tepat hari ini 12 tahun silam, baru benar-benar menekuni ilmu sejarah setelah Revolusi Indonesia mereda. dimulai ketika ia masuk Jurusan Sejarah Universitas Indonesia pada 1950. Ia adalah mahasiswa angkatan pertama jurusan bergengsi tersebut.

Penjelasan:

itu saja penjelasan saya semoga bermanfaat