Dijawab ya kak? makasih atas jawabannya

Posted on

Dijawab ya kak? makasih atas jawabannya

Dijawab ya kak? makasih atas jawabannya

1). Dengan melakukan negosiasi atau tawar menawar (barganing). Cara ini paling sering digunakan dalam mengatasi konflik organisasi, dimana masing-masing pihak yang terlibat menawarkan, mempertimbangkan, dan menerima usulan dari pihak lain, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Apabila prosesnya berjalan drngan baik, maka konflik dapat diselesaikan dengan baik.

2). Dengan melakukan konfrontasi diantara pihak-pihak terlibat. Apabila pihak-pihak yang terlibat dipaksa untuk berinteraksi dan membahas perbedaan-perbedaan mereka secara terbuka, maka kesalah pahaman yang terjadi dapat diselesaikan dan masing-masing memperoleh simpati. Menurut Carlisle, cara ini efektif untuk jenis konflik afektif (affektive conflict), yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem-sistem nilai dari individu-individu yang terlibat di dalam konflik.

3). Dengan menggunakan jasa pihak ketiga, jika terjadi jalan buntu (deadlock), dua hal yang sering digunakan adalah dengan menggunakan mediator atau arbritase. Mediator akan bertindak untuk mengarahkan agar kedua belah pihak secara sukarela melakukan persetujuan, dan mereka memiliki kekuasaan formal yang dapat dipaksakan pada pihak-pihak yang bertikai, karena peran utamanya sebagai fasilitator.

4). Menetapkan atau menciptakan tujuan bersama (superioritas). Apabila konflik terjadi antara bawahan,atau kelompok kerja, maka yang dilakukan adalah menetapkan atau menciptakan tujuan bersama (superordinate goals), yaitu tujuan yang sama-sama ingin dicapai oleh pihak yang bertikai atau tujuan organisasi secara keseluruhan.

5). Dengan memfokuskan pada dua dimensi, yaitukerja sama dengan dominasi. Cara ini dilakukan dengan lima ancangan yaiotu 1). Pemaksaan (forcing) atau kompetisi (competing), 20. Kolaborasi (collaborating) atau pemecahan masalah (problem solving), 3). Menghindar (avoiding), a). Melakukan kompromi (compromising), 5). Mengalah (accomodating).

6). Menggunakan ancangan-ancangan yang lebih kontekstual, dengan meningkatkan sumber daya, menjelaskan mengenai peranan yang harus diperankan oleh individu, merancang kembali pekerjaan yang ada, menyusun kembali alur kerja, alur komunikasi dan lainnya.