DIPONEGORO

Patih Danurejo 11-yang sebenarnya adalah menantu Sultan Hamengka
Buwono Il sendiri yang diperkatakan dengan perasaan anye dan mangke
oleh Ratu Ageng pada malam yang agak gerimis ini tampak duduk di dalam
kereta kuda bersama Raden Mas Sunarko ng tolek juru bicara), menu
Vredenburg menemui Jan Willem van Rijnst.
Yang disebut namanya terakhir di atas ini, baru sepekan berada di negoro
(wilayah kota yang didiami raja). Dan kelihatannya dia bisa begitu cepat
menyukai pekerjaannya di sini di salah satu pusat kerajaan Jawa yang selama
ini hanya diketahuinya dari catatan-catatan VOC. Dari catatan-catatan itu
pula dia mengenal pusat kerajaan Jawa yang lain, di tímar Yogyakarta, yaitu
Surakarta, yang penguasa penyasanya terus saling cemburu walaupun sudah
dibuat Baliad Palihan Negari, atau lebih dikenal sebagai "Perjanjian Gliyanti
pada 1 Februari 1955
Terlebih dulu mestilah dibilang bahwa Jan Willem van Rijnst adalah
seorang oportunis bedegong Asalnya dari Belanda tenggara. Lahir di Heerlen
daerah Limburg yang seluruh penduduknya Katolike. Tapi, masya Allah
demi mencari mula pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai
dengan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam
sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka dia pun lantas gandrung
bermain-main menjadi bangdon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak
sebagaimana air di daun talan
Ndilalah sifat-sifat Jan Willem van Rijnst ini bagai pinang dibelah dua
dengan sifat-sifat Danrejo II yang bagai kedelal di pagi tempe di sore cari nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita ini
​

DIPONEGORO