Fenomena geografi yang dapat di kaji dengan pendekatan kompleks kewilayahan adalah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan cara melihat sebuah gejala dengan melihat kondisi beberapa ruang (wilayah) yang terkait. Contoh penerapannya wilayah Jakarta dan sekitarnya pasti dilanda banjir saat puncak musim penghujan tiba. Mengapa tiap tahun Jakarta selalu banjir?. Nah disinilah pendekatan kompleks wilayah digunakan. Jika dianalisa lebih jauh mendalam komperhensif, banjir di Jakarta itu bukan hanya akibat faktor keruangan Jakarta saja yang bermasalah. Namun ada peran daerah lain yang menyumbang limpasan air menuju Jakarta. Baca juga: Perbedaan El Nino dan La Nina
Kita lihat daerah tetangga Jakarta mulai dari Bogor, Bekasi dan Tangerang. Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan menjadi hulu sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta. Artinya jika di daerah hulu hujan besar maka limpasan air akan turun ke Ciliwung dan sampai ke Jakarta.
Jakarta pusat pembuangan air dari tiga pegunu
Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan pusat pembentukan hujan. Jadi secara alami, jik daerha hulu hujan maka air akan turun ke daerah yang lebih rendah, dan menuju ke muara (dalam hal ini Jakarta). Jadi jangan heran kalau di berita sering dibahas tentang istilah "banjir kiriman dari Bogor".
Coba kalau aliran dari Bogor tidak melewati Jakarta, mungkin banjir bisa dikurangi. Jadi disini adal peran wilayah lain yaitu Bogor sebagai pemicu banjir di Jakarta. Jadi ini dinamakan pendekatan kompleks wilayah. Kalau mau masalah banjir selesai cepat ala simsalabim, saya rasa mustahil.
Jakarta secara ruang, turun topografi nya setiap tahun, sementara daerah Bogor daerah resapan air mulai berkurang. Kombinasi ini pastinya akan mendatangkan bencana. Perlu ada kerjasama antara regional untuk menyelesaikan masalah banjir. Buang sampah sembarangan, bangun rumah pinggir sungai, selokan mampet dll menjadi bagian penting juga bagi terciptanya banjir. Jadi kita seringkali meminta pemerintah menyelesaikan banjir, padahal kita sendiri masyarakat yang membuat banjir itu sendiri.
Mengatasi banjir di Jakarta perlu pendekatam holistik. Tata ruang nya diperbaiki, pola pikir manusia nya juga harus direset. Sekolah tinggi-tinggi tapi masih buang sampah, ya percuma juga. Percuma nilai bagus di raport dan ijasah kalau masih buang sampah sembarangan.