Halo, teman-teman.

Posted on

Nama saya Gumanti Ning Rahayu. Saya berdiri di sini mewakili anak-anak Indonesia yang cemas dengan keadaan Indonesia saat ini. Saya hanyalah salah satu dari anak-anak Indonesia yang telah sekian lama belajar di rumah karena pandemi COVID-19.
Jujur, saya sangat tidak suka sekali belajar di rumah. Tetapi, kami hanya anak-anak, yang hanya bisa menuruti perintah orang tua dan peraturan pemerintah tanpa bisa menyatakan protes apa pun.

Sudah 9 bulan virus Corona menghantui kita semua. Tidak hanya Indonesia, tetapi seluruh tempat di dunia ini.
Segala usaha sudah dilakukan oleh pemerintah. Tetapi hasilnya bukan semakin berkurang. Hal ini menimbulkan keresahan setiap warga Indonesia.

Saya berdiri di sini karena lelah belajar belajar di rumah.
Saya berdiri di sini karena cemas setiap kali keluar rumah.

Saya harus berhati-hati ketika berada di tempat yang ramai.
Saya harus berhati-hati ketika berhadapan dengan orang lain yang tidak saya kenal.

Saya hanyalah anak-anak yang ingin melihat dunia luar yang selalu memancing keingintahuan saya. Ketika semua terasa cemas dan menimbulkan kehati-hatian, saya pun merasa dunia sudah tak menarik lagi.

Apakah kalian merasakan hal yang sama? Apakah rasa ingin tahu kalian hilang akibat sikap ketidak-pedulian terhadap dunia hilang?

Hampir setiap hari kita melihat penambahan jumlah pasien COVID-19 di Indonesia. Dan setiap hari pula kita melihat berita berapa orang yang meninggal dan berapa orang yang sembuh.
Kata-kata penyiar berita sangat menenangkan hati ketika berkata, “Pasien yang sembuh jumlahnya lebih banyak daripada yang meninggal.”

Tetapi, semangat ini kembali meredup ketika melihat jumlah penambahan pasien positif selalu bertambah dari hari ke hari.

Jika kalian paham bagaimana rasanya, cobalah untuk mematuhi aturan! Apa sih susahnya menjaga diri sendiri?

Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapa pun. Kita adalah makhluk-makhluk yang butuh bersosialisasi dengan sesama untuk berbagi harapan dan doa.
Saya adalah salah satu makhluk sosial yang juga butuh bertemu dengan teman-teman. Butuh bertemu guru agar bisa menanyakan pelajaran yang membingungkan dan tidak seperti orang yang hidup di gurun tanpa kompas

Tetapi, bagaimana saya dapat menemukan kompas tersebut jika melihat orang-orang tidak mengenakan masker berjalan-jalan di tempat umum? Bagaimana saya bisa merasakan tenang ketika melihat orang-orang remeh mencuci tangan?
Tak jenuh pemerintah mengingatkan, “Cucilah tanganmu!”, “Kenakan masker!”, “Hindari kerumunan!”, dan “Keluar rumah seperlunya!”. Hingga seruan-seruan ini seperti sudah menjadi mantra untuk bersikap hati-hati di mana pun kita berada.
Tetapi kenyataannya, begitu New Normal digaungkan, banyak sekali yang melupakan bahwa virus Corona masih menghantui kita.
Hingga saya merasa bahwa Anda tidak menghargai hidup yang telah diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Bukankah apa yang kita terima selama hanya tinggal kita nikmati dan kita hargai?

Teman-teman yang saya hormati,gaKalian pasti mengetahui pepatah berikut, “Harta termahal di dunia ini adalah kesehatan.”
Sekaya apa pun kita, apabila kita sakit, kita tak bisa menikmatinya. Apalagi ketika kita tertular penyakit ini, kita tidak hanya harus diobati, tetapi seperti menerima sanksi sosial karena kecerobohan kita sendiri

Halo, teman-teman.

Jawaban:

tak pernah mengecewakan aku jg