Hubungan antara sasaran kewirausahaan dengan hubungan ekonomi
Permasalahan perekonomian yang melanda Indonesia begitu kompleks. Satu diantara berbagai permasalahan tersebut adalah begitu besarnya angka pengangguran di Indonesia. Lapangan pekerjaan yang tersedia masih jauh dari cukup untuk menampung jumlah tenaga kerja yang begitu banyak. Hal ini sudah menjadi pekerjaan rumah pemerintah sejak lama yang sampai sekarang belum dapat dituntaskan. Berbagai usaha telah ditempuh untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah sosialisasi tentang pembudayaan kewirausahaan (enterpreneurship) yang marak dilakukan lewat berbagai cara, mulai dari pendidikan sekolah, hingga melalui seminar-seminar dan penyuluhan di berbagai tempat dengan peserta dari berbagai golongan, mulai dari pelajar.
Lalu sebenarnya, apakah kewirausahaan itu? Berbagai pendapat berbeda pun timbul dari para ahli untuk mendefinisikan kewirausahaan. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Definisi lain di ungkapkan Harvey Leibenstein (1968-1979) yakni kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Singkat kata, Kewirausahaan bisa diartikan sebagai kemampuan mandiri dan bekerja independen untuk mencapai kesejahteraan. Kewirausahaan juga merupakan sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Seorang yang mengaplikasikan konsep dari kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara kreatif dan inovatif, atau istilah populernya berbisnis disebut wirausaha. Kewirausahaan tidak mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja. Kenyataannya, sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun pemerintah. Sifat kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang berani mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu. Tidak mudah untuk memiliki jiwa kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup:
A.Sikap-sikap kewirausahaaan:
Disiplin: Memiliki kedisiplinan yang tinggi atas ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja.
Komitmen Tinggi: Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
Jujur: Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran dalam promosi, kejujuran pelayanan yang dijanjikan dan kejujuran dalam kegiatan terkait dengan penjualan produk yang dilakukan.
Kreatif dan Inovatif: Untuk memenangkan persaingan, harus memiliki daya kreativitas tinggi dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada.
Mandiri: Dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Realistis: Mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.
B.Tahap Kewirausahaan:
Tahap memulai: niat untuk usaha, melihat peluang usaha yang mungkin, menentukan jenis usaha.
Tahap melaksanakan usaha: mengelola pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
Tahap mempertahankan usaha: melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Tahap mengembangkan usaha: jika hasil yang diperoleh mengalami perkembangan atau dapat bertahan, perluasan usaha mungkin dilakukan.
C. Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas
2. Inisiatif dan selalu proaktif tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi lebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko.
5. Kerja keras. Jam kerja tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang dia datang.
6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas